RadarJateng.com, Pendidikan – Usia dini adalah usia tumbuh kembang bagi seorang anak, bahkan para pakar pendidikan menyebutnya sebagai “masa keemasan” (Golden Age), yaitu masa dimana kecerdasan seorang anak berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan sel-sel syaraf otak. Pada prinsipnya, kecerdasan itu ditentukan oleh banyaknya terjadi sambungan antarsel syaraf otak yang disebut sinapsis, dan sinapsis ini bisa terbentuk apabila ada stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada otak. Ini berarti, anak usia dini dalam perkembangannya membutuhkan banyak stimulus. Lalu, stimulasi (perangsangan) seperti apakah yang tepat untuk perkembangan anak usia dini ?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut harus diketahui terlebih dahulu aspek-aspek yang terkait dengan perkembangan anak. Untuk hal ini, rujukan yang paling populer bahkan telah dibakukan dalam dunia akademis adalah pendapat dari seorang pakar dari Amerika Serikat bernama Benyamin S. Bloom yang pada tahun 1956 mencetuskan suatu teori tentang tujuan pendidikan yang sangat masyhur dengan sebutan teori Taksonomi Bloom. Inti dari teori tersebut yaitu bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan tiga ranah utama perkembangan anak, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Ketiganya harus berkembang seiring sejalan. Teori tersebut juga digunakan dalam dunia pendidikan Indonesia dan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan ditetapkan sebagai Kompetensi Inti (KI) dengan melakukan penyesuaian tertentu, yaitu aspek sikap dikembangkan menjadi dua kategori, meliputi sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2). Selanjutnya adalah aspek pengetahuan (KI-3) dan aspek keterampilan (KI-4). Keempat kompetensi inti tersebut harus dikembangkan seoptimal mungkin pada diri para peserta didik usia dini di bangku Taman Kanak-kanak.
Secara alamiah, manusia itu memiliki kecenderungan kuat kepada suatu aktivitas yang namanya ‘bermain’, meski orang dewasa sekalipun tetap saja senang bermain, apalagi anak usia dini dimana kapasitas otaknya masih terbatas sekali jika difungsikan untuk hal-hal yang serius. Dunia anak adalah dunia bermain dimana bermain bisa memberikan kesenangan hati yang tiada henti. Hati yang senang akan membangkitkan antusiasme (gairah) untuk melakukan sesuatu dengan sepenuh hati dan bisa menekan rasa bosan. Secara teoritis, aktivitas apapun yang dilakukan oleh seseorang, apakah itu aktivitas fisik ataupun mental sudah pasti akan memberikan rangsangan bagi otak sehingga akan membentuk sambungan-sambungan antarsel syaraf otak yang merupakan bahan dasar kecerdasan. Dengan demikian, kegiatan bermainpun akan dapat merangsang aspek-aspek perkembangan anak yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Maka, pola pembelajaran yang tepat untuk anak usia dini adalah belajar sambil bermain, atau bermain sambil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa bermain merupakan kebutuhan mendasar bagi anak usia dini. Yang namanya kebutuhan dasar, tidak bisa tidak harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Jadi, jelaslah sekarang bahwa stimulasi yang tepat bagi perkembangan anak adalah kegiatan bermain. Namun bermain yang bagaimanakah yang bisa memberikan dampak signifikan itu ?
Seorang pakar pendidikan anak bernama Charles H. Wolfgang membagi kegiatan bermain kedalam tiga jenis, yaitu main sensorimotor, main peran, dan main pembangunan. Ketiganya memiliki bentuk dan tujuan yang berbeda. Ketiganya sama-sama penting dan memberikan pengaruh yang sangat berarti bagi perkembangan anak. Jenis main sensorimotor adalah jenis main yang bersifat mutlak bagi anak usia dini, karena jenis main yang satu ini memiliki fokus tujuan untuk merangsang pengembangan panca indera sekaligus gerakan otot kasar maupun halus, hal ini sesuai dengan namanya yang dibentuk dari dua kata, yaitu dari kata sensorik yang berarti inderawiah dan kata motorik yang berarti pergerakan. Dalam jenis main sensorimotor, anak benar-benar dituntut untuk memfungsikan kemampuan panca inderanya dan gerakan otot-otot tubuhnya secara bersamaan, itulah sebabnya jenis main sensorimotor disebut juga jenis main fungsional. Dan inilah jenis main yang paling menggairahkan bagi anak usia dini karena sesuai dengan fitrah dasar mereka yang selalu ingin bergerak dan menanggapi dunia eksternal.
Secara spesifik, main sensorimotor lebih fleksibel dibandingkan dengan dua jenis main lainnya, sebab media dan alat bermain yang digunakan bisa berupa apa saja mulai dari yang sederhana sampai yang rumit, dari yang biasa sampai yang canggih, dan dari yang mudah sampai yang sulit. Contohnya adalah kartu huruf, puzzle, plastisin, kertas lipat, mainan angka, mobil-mobilan atau bisa juga perangkat game online. Bahkan saking fleksibelnya, tidak menggunakan alat apapun tetap bisa dilakukan kegiatan main sensorimotor, contohnya bermain petak umpet atau bermain lainnya yang serupa petak umpet.
Tahapan Main Sensorimotor
- Sensorimotor 1, Anak mengulang beberapa gerakan saat bermain untuk menikmati hasil yang ditimbulkan dari gerakan tersebut tanpa menggunakan alat main, hanya menggunakan anggota tubuh. Contoh : bertepuk atau melambaikan tangan, memercikkan air dengan tangan, menepuk pasir
- Sensorimotor 2, Anak mengulang tindakan dengan benda/alat untuk melihat, mendengar, dan merasakan kembali tindakan tersebut. Contoh : memukul sesuatu di meja secara berulang dan menikmati suaranya, mencelupkan saringan ke dalam bak air dan memperhatikan air yang menetes, menuangkan air dari wadah melalui tangan dan merasakan keasyikannya
- Sensorimotor 3, Anak mengulang kegiatan yang merupakan sebab akibat sederhana yang memiliki tujuan tertentu. Contoh : menuangkan air ke dalam teko dengan tujuan mengisi penuh teko tersebut, menyembunyikan benda ke dalam air atau pasir dengan tujuan menemukannya, menyusun benda bertingkat-tingkat lalu merobohkannya dengan tujuan menyusunnya kembali
- Sensorimotor 4, Anak mengulang usaha coba-coba dengan suatu tujuan melalui berbagai cara. Contoh : mengisi teko dengan air kemudian menuangkannya ke dalam berbagai wadah, menggunakan sendok, sekop dan tangan menuangkan beras ke dalam botol.
Kategori Usia dan Kriteria Mainan Sensorimotor
- Usia 1 – 3 bulan
- mainan berwarna mencolok/kontras
- mainan yang menimbulkan bunyi
- buku bergambar berwarna kontras
- Usia 4 – 6 bulan
- mainan yang digantung dan dapat diraih
- buku dari karton
- bola kain, kerincingan, gelang-gelang
- Usia 7 – 9 bulan
- mainan binatang dari kain
- mainan jepitan, boneka, balik
- bola berbagai ukuran
- Usia 10 – 12 bulan
- mainan yang bisa bergerak
- mainan yang bisa ditarik dan didorong
- mainan peralatan dapur atau mandi
- Usia 13 – 15 bulan
- mainan mobil
- mainan bola
- mainan telepon
- Usia 16 – 18 bulan
- mainan untuk meronce
- mainan bongkar pasang
- mainan gelembung-gelembungan
- Usia 19 – 21 bulan
- mainan bunyi-bunyian pada kaki
- mainan boneka jari tangan
- mainan gelang menara
- Usia 22 – 24 bulan
- mainan untuk berkebun
- mainan ular tangga
- mainan rumah-rumahan
- Usia antara 2 – 3 tahun
- mainan ayunan
- keranjang bola basket
- sepeda roda tiga
10.Usia antara 3 – 4 tahun
- kartu huruf dan angka
- kantong huruf dan angka
- pancing huruf dan angka
11.Usia antara 4 – 6 tahun
- mainan untuk ketangkasan
- mainan untuk keseimbangan
- mainan untuk keterampilan
Metode Main Sensorimotor
Metode didefinisikan sebagai sebuah cara yang memiliki teknis dan prosedur yang khas yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Dengan melihat spesifikasinya yang sedemikian komplit dan efektivitasnya yang sangat kompleks, maka kegiatan main sensorimotor bisa dijadikan sebagai suatu metode pembelajaran tersendiri yang sejajar dengan metode-metode lainnya yang sudah dibakukan, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Metode ini bisa digunakan untuk mendukung model-model pembelajaran anak usia dini yang diterapkan di Taman Kanak-kanak, seperti model sentra atau model area. Maka, bisa disimpulkan bahwa salah satu cara untuk menstimulasi perkembangan anak adalah dengan metode main sensorimotor.
Penulis, Enung Rustini, S.Pd Guru TK Umikulsum, Desa Sindangpanon Kec. Banjaran, Bandung – Jawa Barat
Sumber Referensi :
- I Putu Ayub Darmawan, 2013. Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom. Jurnal Satya Widya Vol. 29/ No. 1/ Juni 2013.
- Direktorat Jenderal PAUDNI, 2013. Panduan Main Sensorimotor. Kemendikbud RI.
- Hibana, dkk, 2021. Modul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Raudhatul Athfal. Kemenag RI dan UIN Sunan Kalijaga.