RadarJateng.com, Pendidikan – Perkembangan literasi pada anak usia dini berada pada tahap literasi dasar. Anak sering kali terlihat mencoret coret dengan tulisan yang masih kurang jelas dan belum tertata. Anak usia dini memperoleh pengetahuan awal tentang membaca dan menulis melalui perilaku yang sederhana, mengamati, dan berpatisipasi dengan aktifitas literasi yang dilakukan oleh orang dewasa.
Seperti yang dijelaskan oleh Kuder&Hasit (2002 dalam R Yuliana, 2012) bahwa pertama kali anak-anak memegang sebuah buku atau pensil, melihat orang dewasa membaca atau menulis, atau melihat sebuah papan nama, maka anak tersebut sedang belajar tentang literasi, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku anak tersebut telah menunjukkan adanya tahap literasi dasar.
Mencermati uraian dan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa literasi anak usia dini adalah kemampuan yang dimiliki anak terkait dengan kemampuan membaca dan menulis. Pengenalan literasi awal pada anak dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan bermakna sesuai dengan usia atau fase perkembangannya tanpa adanya unsur bentuk intimidasi apapun.
Belajar mengenal huruf pada anak usia dini dilakukan untuk mencapai kemampuan membaca awal. Konsep yang dikembangkan adalah konsep tentang huruf cetak. Beri kesempatan anak berinteraksi dengan huruf cetak melalui berbagai aktivitas. Menurut Purnomo (2019) proses pengenalan huruf sejalan dengan proses keterampilan berbahasa secara fisik dan psikologis. Proses fisik yang dimaksud adalah berupa kegiatan visual yaitu berhubungan dengan pengelihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan, dan persepsi anak tentang suatu hal, seperti antara lain; (1) mengenali benda-benda sehari-hari, (2) membandingkan benda-benda dari yang sederhana menuju ke benda yang lebih kompleks; (3) mengetahui ukuran, bentuk, dan warna benda; (4) mengetahui adanya bagian benda yang hilang apabila ditunjukan sebuah gambar yang belum sempurna; (5) menjawab pertanyaan tentang sebuah gambar dari seri lainnya; (6) menyusun potongan teka-teki mulai dari yang sederhana sampai le yang lebih rumit; (7) mengenali namanya sendiri bila tertulis; (8) mengenali huruf dan angka. Sedangkan proses psikologis yang dimaksud adalah bahwa pemerolehan bahasa anak dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak tersebut sering berada. Gaya bahasa yang akan digunakan anak sebagai alat komunikasi tergantung dari apa yang sering didengar dan disaksikannya. Kesimpulannya, proses mengenal huruf dan membunyikan lambang hurufnya merupakan bagian dari proses membaca dibawah arahan guru dan orang tua, karena mengenalkan huruf dan membelajarkan membaca bagi anak usia dini dapat dilakukan dengan melalui aktivitas bermain dirumah, disekolah, dan dimana saja saat anak berada.
Dalam Desain Induk Gerakan Literasi Nasional (Kemendikbud, 2017) disebutkan bahwa gerakan literasi keluarga adalah rangkaian kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam keluarga untuk meningkatkan kemampuan literasi seluruh anggota keluarga. Berikut adalah indikator penerapan gerakan literasi keluarga : (1) jumlah dan variasi bahan bacaan yang dimiliki keluarga; (2) frekuensi membaca dalam keluarga setiap harinya; (3) jumlah bacaan yang dibaca oleh anggota keluarga; (4) jumlah pelatihan literasi baca tulis yang aplikatif dan berdampak pada keluarga.
Program Literasi Keluarga ini dilakukan di rumah dengan membacakan cerita anak setidaknya 5 menit dalam sehari. Sekolah menyediakan buku yang dapat dipinjamkan ke siswa. Keunggulan program Literasi Keluarga adalah; meningkatkan bonding antara orang tua dan anak, meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf, membangun rasa cinta buku.
Strategi kegiatan Program literasi keluarga bisa menjadi salah satu pilihan alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan anak usia 5-6 tahun dalam mengenal huruf agar tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan dapat tercapai.
Penulis, Sartika Wahyuningtyas, S.Pd Guru TK Mentari, Cipondoh – Kota Tangerang – Banten