Penerapan Pembelajaran Abad 21 Di SMA N 1 Karanganom Menggunakan Filosofi Ki Hajar Dewantoro.

Feryca Lia Sanjaya, S.Pd Guru SMA Negeri 1 Karanganom, Klaten - Jateng

RadarJateng.com, Pendidikan Dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa adalah salah satu komponen manusia yang menempati posisi penting karena siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik kemampuan optimal fitrahnya. Jadi, dalam proses pembelajaran yang diperhatikan pertama kali adalah siswa, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lainnya.

Namun dalam kenyataannya sekarang ini yang saya rasakan sebagai seorang guru yang mengajar siswa baru sekedar mentransfer pengetahuan dan menyelesaikan beban kurikulum di kelas. Siswa hanya sebagai objek pembelajaran. Ketika kita sebagai guru menjelaskan di kelas menganggap semua kemampuan sama, memberikan tugas yang sama kepada siswa tanpa melihat dulu seberapa jauh kemampuan yang dimilikinya. Hal ini mengakibatkan berbagai permasalahan pendidikan bermunculan di kelas, tanpa bisa menyelesaikan satu per satu dan berdampak pada kurang optimalnya perkembangan kemampuan anak sesuai fitrahnya.

Belajar tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara itu ibarat kita belajar bercermin pada diri sendiri disaat kita berbakti sebagai seorang siswa. Ketika kita belajar tentunya ingin belajar dengan merdeka secara lahir dan batin sesuai dengan kodrat kita sebagai anak yaitu senang bermain, senang dibimbing dengan rasa kasih sayang, belajar dalam suasana nyaman dan tidak tertekan. Seorang siswa adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapapun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya berapa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan, membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan.

Read More

Siswa adalah salah satu komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Dengan penjabaran tentang siswa seperti diatas tentu saja kita sebagai seorang guru harus bisa bercermin diri, refleksi diri bahwa menjadi seorang siswa juga perlu dimerdekakan secara cipta, rasa, dan karsanya.

Hal ini sejalan dengan pemikiran tokoh Pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa dengan Sistem Among yang artinya momong, ngemong, mengemban anak dengan cara mengasuh, menjaga, membina, membimbing, mendidik dengan ikhlas sesuai kodratnya maka akan tumbuh, berkembang kodrat anak secara lahir, batin, dan tenaganya. Saya sebagai seorang guru harus berusaha semaksimal mungkin akan kemampuan saya untuk dapat mendidik siswa, yaitu menuntun segala kodrat pada anak-anak agar menjadi manusia, masyarakat yang selamat dan bahagia setinggi-tingginya. Dengan memahami sistem di antara inilah sedikit demi sedikit merubah paradigma dan cara pikir saya sebagai seorang guru dalam mendidik siswa.

Antusias Belajar Murid SMA Negeri 1 Karanganom, Klaten – Jateng

Melalui tiga semboyan Ki Hajar Dewantara, kita sebagai guru di abad 21 harus bisa menerapkan tiga semboyan ini yaitu:

Ing ngarsa sung tuladha , di depan memberi contoh dan teladan. Sebagai seorang guru saya akan berusaha untuk memberikan teladan dalam sifat, perilaku, penampilan, tutur kata, dan santunan santun bagi anak didik saya.

Ing madya mangun karsa , di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa. Sebagai seorang guru akan berusaha menciptakan dan membagun suasana pembelajarn yang aktif, kreatif, menyenangkan, perhatian pada anak dengan mengkondisikan suasana kelas yang nyaman untuk belajar demi mengembangkan potensi siswa sesuai dengan kodratnya. Melalui dukungan baik dari rekan sejawat, kepala sekolah, dan orang tua siswa serta pemanfaatan fasilitas baik pribadi maupun yang ada di sekolah akan saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan penggunaan berbagai macam metode, media, model pembelajaran yang berbasis lingkungan, budaya lokal setempat untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi, karakter anak menjadi lebih baik.

Tut wuri handayani , di belakang memberi dorongan. Dengan refleksi diri pada semboyan tut wuri handayani ini maka sebagai seorang guru yang saya lakukan bukan hanya mentransfer pengetahuan saja tetapi juga mampu membangkitkan semangat siswa untuk terus belajar mencapai tujuan dan cita-citanya sesuai minat dan bakatnya.

Dari kesimpulan tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut maka yang bisa saya terapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah:

  1. Membekali bekal iman dan taqwa sesuai dengan agama masing-masing, memantau perkembangan siswa dalam menerapkan sikap yang mencerminkan Ketuhanan Yang Maha Esa sehingga terwujud siswa yang beriman, bertaqwa, dan berakhlaq mulia.
  2. Merancang pembelajaran yang direncanakan pada siswa dengan memfasilitasi dan menyajikan berbagai alternatif metode atau strategi, dan model pembelajaran yang relevan dengan tuntutan kodrat keadaan (kodrat jaman) dengan tekanan pembelajaran abad 21 agar siswa dapat berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Selain itu juga menggunakan alternatif IT dalam pembelajaran.
  3. Melatih kemandirian anak agar mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam berbagai keadaan.
  4. Merangsang dan membangkitkan semangat untuk terus belajar sesuai bakat dan minat siswanya.
  5. Membenahi lingkungan belajar agar kondusif bagi pembelajaran baik di dalam maupun di luar
  6. Membekali keterampilan hidup (pendidikan keterampilan hidup) agar siswa mampu bertahan dalam berbagai keadaan dan keterbatasan.
  7. Gambaran pada diri pribadi guru sikap ikhlas, mandiri, sederhana, persaudaran, dan jiwa merdeka sebagai contoh bagi siswa dalam memperdaya dan bertindak.
  8. Menciptakan dan menghubungkan lingkungan belajar sesuai Tri Pusat Pendidikan baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
  9. Membangun kolaborasi (bekerja dalam kelompok) dan komunikasi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lain.
  10. Membangun karakter anak melalui pembiasaan yang baik.

Demikian yang dapat saya simpulkan tentang Pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam Penerapan Pembelajaran abad 21. Terima kasih semoga bermanfaat.

Penulis : Feryca Lia Sanjaya, S.Pd Guru SMA N 1 Karanganom Klaten – Jawa Tengah

Related posts