Menganalisis Penyebab Dan Solusi Terhadap Miskonsepsi Antara Teks Dekriptive Dan Report Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Asyiknya Sekolah di SMA Negeri 1 Sukorejo, Kendal – Jawa Tengah

RadarJateng.com, Pendidikan Memahami dan menguasai struktur suatu teks adalah aspek penting dalam mempelajari suatu Bahasa termasuk Bahasa Inggris. Ada berbagai macam teks dalam Bahasa Inggris dan beberapa diantaranya memiliki banyak kemiripan sehingga rentan memicu adanya miskonsepsi tentang pengertian, fungsi dan struktur dari suatu teks tersebut diantaranya adalah teks descriptive dan teks report.

Kedua teks ini terbilang sangat mirip karena menggunakan tenses yang sama, kemiripan dalam unsur kebahasaan, struktur teks yang sama persis bahkan kedua teks ini sama-sama digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu, baik topik maupun objek. Kemiripan-kemiripan tersebut yang memicu adanya miskonsepsi tentang pengertian dan juga membuat peserta didik terkadang kesulitan untuk membedakan mana yang tergolong sebagai teks descriptive dan yang merupakan teks report. Ditambah lagi jika peserta didik mempelajari materi tersebut bukan dari sumber yang valid dan terpercaya, maka dapat mengakibatkan banyak peserta didik yang salah mengartikan bahwa teks descriptive berfungsi untuk mendeskripsikan suatu objek atau topik secara detil sedangkan teks report mendeskripsikan suatu objek atau topik secara singkat atau tidak mendetail, karena guru sering menyampaikan bahwa teks report berfungsi untuk mendeskripsikan objek atau topik secara umum. Jika hal tersebut tidak tertangani dengan baik, maka dapat berakibat buruk bagi peserta didik yang terbiasa memahami dua teks tersebut dengan keliru.

Menurut Grahut (2021:1) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Teacher Competences for Teaching English as a Foreign Language in the First Educational Cycle of Primary Education”, penyebab adanya miskonsepsi dalam suatu materi adalah karenalack of qualified teachers at this stage of learning around the world and numerous authors emphasise the misconception that basic linguistic and didactic knowledge of teachers is sufficient for teaching children”. Dalam hal ini Grahut berpendapat bahwa alasan adanya miskonsepsi antar materi disebakan karena kurangnya guru yang berkualitas di seluruh dunia, pada tahap pembelajaran dan banyak pihak yang memerparah keadaan tersebut karena tidak memepelajari lebih lanjut tentang linguistik karena mereka merasa apa yang mereka miliki sudah cukup untuk mengajar anak-anak.

Read More

Hal tersebut selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Nuraini (2022:3) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Miskonsepsi dan Evaluasinya Dalam Pembelajaran Biologi”, penyebab adanya miskonsepi adalah pra konsepsi awal peserta didik, profesionalitas guru, metode mengajar guru, buku pelajaran, dan konteks hidup peserta didik.

Karso (2019:2) dalam jurnalnya yang berjudul “Keteladanan Guru dalam Proses Pendidikan di Sekolah” menyatakan bahwa Guru adalah instrumen utama dalam pendidikan. Kualitas siswa ditentukan pula dengan kualitas guru. Guru yang berkualitas maka dapat menghasilkan siswa yang berkualitas juga, begitu pun sebaliknya. Guru yang tidak berkualitas
akan menghasilkan siswa yang tidak berkualitas pula.

Bersumber pada Teori Perkembangan Kognitif oleh Vygotsky, perkembangan kognitif pada anak dikelompokan menjadi tiga, yaitu Zone of Proximal Development (ZPD), Scaffolding dan Bahasa Serta Pikiran. Pada tingkatan ZPD yang kedua yaitu level of potential development, anak atau peserta didik memecahkan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih ahli termasuk juga guru. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat   Scaffolding yaitu suatu teknik untuk mengubah level dukungan selama sesi pengajaran dengan orang yang lebih ahli. Sebagai contoh adalah ketika seorang guru memberikan stimulus atau bantuan dalam proses pembelajaran. Terbukti bahwa fase perkembangan kognitif peserta didik sangat bergantung pada guru, dan kualitasnya sebagai pendidik juga pengajar.

Menganalisis Penyebab Dan Solusi Terhadap Miskonsepsi Antara Teks Dekriptive Dan Report Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pemahaman materi oleh perserta didik, mengingat peran guru yaitu sebagai sumber dan fasilitator bagi peserta didik untuk belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Jika sebagai guru kita melakukan sedikit saja kesalahan, maka dampak yang terjadi kepada peserta didik bisa sangat besar dan melebihi apa yang kita bayangkan. Sebagai contoh, jika dalam jenjang Sekolah Dasar peserta didik telah menerima konsep materi yang salah karena kurangnya komptensi tersebut, maka hal itu akan terus berlanjut dan menjadi dosa bawaan karena anak cenderung selalu meyakini apa yang pertama mereka dengar dan ketahui.

Untuk mengatasi miskonsepsi materi pada peserta didik ada beberapa Langkah yang dapat ditempuh oleh seorang guru, diantaranya:

1. Meningkatkan kualitas diri
Sebagai guru kita harus memiliki kompetensi yang tinggi terutama dalam materi yang akan kita ajarkan. Pastikan kita memahami suatu konsep materi dengan tepat dan menyampaikan konsep tersebut dengan tepat pula kepada peserta didik.

2. Gunakan model pembelajaran inovatif
Menggunakan model pembelajaran inovatif seperti problem-based learning, project-based learning, mampu memberikan pengalaman baru bagi peserta didik sehingga mereka tidak cepat bosan selama proses pembelajaran yang berakibat meningkatnya pemahaman materi oleh peserta didik. Selain itu, model pembelajaran inovatif juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan sendiri konsep dari materi tersebut, sehingga lebih melekat pada benak peserta didik.

3. Gunakan media pembelajaran yang menarik
Diakui atau tidak, guru cenderung masih melakukan proses pembelajaran dengan cara yang konvensional yaitu metode ceramah berdasarkan buku-buku tebal dengan Bahasa yang membosankan. Hal tersebut dirasa tidak relevan oleh peserta didik dengan era mereka di masa sekarang. Peserta didik akan merasa lebih mudah bosan dengan proses pembelajaran yang seperti itu. Sebagai guru kita bisa menggunakan media pembelajaran yang dibuat lebih menarik sehingga siswa bisa lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran. Sebagai contoh guru bisa menggunakan video pembelajaran yang menarik, aplikasi game serta menambahkan e-modul dengan ilustrasi yang bervariatif dan juga menggunakan bahasa “gaul” yang terkesan lebih praktis dan tidak bertele-tele sebagai materi pendamping dari buku cetak.

4. Berikan contoh konkret yang relevan dengan kegiatan sehari-hari
Contoh yang abstrak dan tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik dapat memperlambat pemahaman materi pada siswa. Akan lebih baik jika guru memberikan contoh materi secara konkret dan relevan dengan kegiatan sehari-hari. Misal, guru mengajarkan materi teks descriptive dan report dengan menggunakan permainan sambung kata. Pada ronde pertama topik yang diberikan guru adalah siswa diminta untuk mendeskripsikan tentang kucing pada umunya. Kemudian pada ronde berikutnya siswa diminta untuk mendeskripsikan kucing peliharaan mereka. Dengan cara tersebut siswa bisa menemukan sendiri perbedaan dari dua teks karena contoh yang diberikan relevan dan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Semoga dengan uraian di atas kita bisa menguraikan apa saja yang memicu adanya miskonsepsi pada pemahaman tentang deskriptif dan report teks sehingga sebagai guru kita dapat meminimalisir terjadinya miskonsepsi dan mampu mengatasinya jika sudah terlanjur terjadi.

Penulis : Ria Fajar Rizkiyani, S.Pd. Guru SMA Negeri 1 Sukorejo, Kendal – Jawa Tengah

Related posts