RadarJateng.com, Pendidikan – Paulo Freire (2002), memberikan kritik terhadap pendidikan yang “teacher centered program‘ (program mengajar yang berpusat pada guru). Menurutnya, sistem pendidikan teacher centered program dapat menurunkan martabat manusia. la menggambarkan bahwa dalam praktik sistem pendidikan semacam itu lebih bersifat:
- guru mengajar, murid diberi pelajaran;
- guru mengetahui segala macam, murid tidak mengetahui apa apa;
- guru berpikir, murid yang dipikirkan;
- guru berbicara, murid mendengarkan dengan tenang;
- guru mengenakan disiplin, murid yang dikenakan disiplin, guru memilih dan melaksanakan pilihan, murid hanya menyetujui;
- guru berbuat, murid hanya memiliki ilusi melakukannya melalui perbuatan guru;
- guru memilih isi program, murid menyesuaikan;
- guru adalah subjek dalam mengajar, murid adalah objek.
Kritik Paulo Freire di atas diungkapkan oleh (Shodiq A. Kuntoro, 1999) dengan menambahkan pendidikan semacam inilah yang membuat anak menjadi pasif, tidak berani mengatakan perasaannya, verbalisme, bermental sakit, rendah diri, tidak kritis, dan tidak produktif. Pada hakikatnya belajar dapat dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki kompetensi lebih dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, Secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher centre Oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry).
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peserta didik yang tinggi. Metode yang biasa digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan sebagainya.
Pada pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student center oriented), peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, untuk merujuk pada upaya pembelajaran menuju pembentukan karakter siswa yang kreatif, interaktif, inovatif, dan inspiratif dalam proses pembelajaran di kelas, maka dipelukan implementasi model-model pembelajaran berbasis inovatif. Sudah saatnya guru mengimplementasikan model-model pembelajaran berpusat pada siswa sebagai salah satu inovasi pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai sentral pendidikan. Model-model pembelajaran inovatif diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya, dan kemampuannya untuk pengembangan masyarakat, bangsa dan negara.
Model-model pembelajaran inovatif yang bisa digunakan pada pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student center oriented) antara lain :
1. Contextual Teaching Learning (CTL)
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah.
Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
- Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
- Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
- Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
- Ciptakan masyarakat belajar.
- Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
- Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
- Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan berbagai cara.
Karakteristik-Karakteristik Pembelajaran CTL :
- Saling menunjang.
- Menyenangkan, tidak membosankan.
- Belajar dengan bergairah.
- Pembelajaran terintegrasi.
- Menggunakan berbagai sumber.
- Siswa aktif.
- Sharing dengan teman.
- Siswa kritis guru kreatif
- Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
- Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa kedalam kelompokkelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah heterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan ketrampilan komunikasi dan sosial, serta memperoleh kepercayaan diri.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan:
- Kesaling Tergantungan Positif
- Tanggung Jawab Perseorangan
- Tatap Muka
- Komunikasi Antar Anggota
- Evaluasi Proses Kelompok
3. Problem Base Learning (PBL)
Model PBL dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning. Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan memproses informasi.
Karakteristik-karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah:
(1) adanya pengajuan pertanyaan atau masalah,
(2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin,
(3) penyelidikan autentik,
(4) menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya, dan
(5) kerja sama.
Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir kreatif, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah malalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Pada model pembelajaran ini fokus pada pertanyaan (tugas) yang bersifat terbuka, pembelajaran otentik, berpusat pada siswa, multi-disiplin ilmu, serta fokus juga pada penguatan kecakapan belajar mandiri, komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan manajemen waktu.
Karakteristik Problem Based Learning :
- Digunakan pula dalam pengajaran di sekolah dasar dan menengah, namun asal mula strategi ini dipergunakan di pendidikan kesehatan dan persiapan profesional.
- Diselesaikan dalam waktu yang pendek (singkat)
- Dimulai dengan sajian masalah bagi siswa untuk memecahkan atau pelajari lebih lanjut. Seringkali masalah ini dibingkai dalam skenario atau format studi kasus. Masalah dirancang dengan meniru kompleksitas permasalahan di kehidupan nyata. Tugas belajar pun sangat bervariasi dalam cakupan, waktu dan kecanggihan.
- Hasil pembelajaran hanya solusi dalam bentuk tulisan atau presentasi
4. Project Base Learning (PJBL)
Karakteristik utama dan yang menjadi “kekuatan dan ruh” dari Project Based Learning (PjBL) adalah adanya permasalahan di dunia nyata (benar-benar terjadi) yang diangkat menjadi skenario dan kegiatan pembelajaran, serta peran para siswa adalah sebagai ahli, yang merancang/mengembangkan solusi dan produk untuk mengatasi/menyelesaikan permasalahan riil tersebut.
Karakteristik Project Based Learning :
- Cenderung dihubungkan dengan pengajaran di sekolah dasar dan menengah.
- Dimulai dengan sebuah pertanyaan esensial atau membimbing.
- Diselesaikan dalam waktu yang agak lama (beberapa minggu – bulan)
- Berorientasi dengan produk akhir atau “artifact” (berupa produk tulisan, lisan, visual dan multimedia), serta kegiatan produksi yang memerlukan pengetahuan tertentu atau keterampilan, dan biasanya menimbulkan satu atau lebih masalah yang harus dipecahkan siswa. Proyek bervariasi dalam lingkup dan kerangka waktu, dan produk akhir sangat bervariasi dalam tingkat teknologi yang digunakan serta kecanggihannya.
- Hasil pembelajaran berupa produk (model, prototype, poster seni, pertunjukan, dll)
Pada model pembelajaran ini fokus pada pertanyaan (tugas) yang bersifat terbuka, pembelajaran otentik, berpusat pada siswa, multi-disiplin ilmu, serta fokus juga pada penguatan kecakapan belajar mandiri, komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, manajemen waktu, dan keterampilan manajemen proyek.
Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dalam penerapan model-model pembelajaran inovatif, di antaranya, yaitu :
1. Pembelajaran Mandiri (Self Learning), Peserta didik cenderung belajar secara mandiri dan berusaha meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya.
2. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge), Peserta didik dapat saling berbagi pengetahuan baik melalui guru maupun dengan peserta didik yang lainnya.
3. Konsep Dasar (Basic Concept), Fasilitator (guru) memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
4. Pendefinisian Masalah (Defining Problem), Fasilitator (guru) menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua peserta didik boleh mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat.
Penulis : Reni Ramayanti, S.T. Guru SDIT FAJAR ILAHI 2 BENGKONG KOTA BATAM
Referensi :
- Abdul Rahman Tibahary dan Muliana (2018), Model-Model Pembelajaran Inovatif. Diambil dari : http://ejurnal.stkipdamsel.ac.id/index.php/scl/article/view/12
- Mujahida dan Rus’an (2019), Analisis Perbandingan Teacher Centered Dan Learner Centered. Diambil dari : View of ANALISIS PERBANDINGAN TEACHER CENTERED DAN LEARNER CENTERED (stkipdamsel.ac.id)
- Freire, Paulo. 2002. The Politic of Education: Culture, Power, and Liberation. Diterjemahkan oleh Agung Prihantoyo dan Fuad Arif Fudiyartanto dengan Judul: Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Yokyakarta: Pustaka Pelajar
- Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inofatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pusaka.
- Wijayanto, M. 2009. Tesis: Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning dan Cooperative Learning terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2008/2009. Surakarta: UNS.
- Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
- Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
- Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif-Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.
Link-Link Referensi lainnya :
- Project-Based and Problem-Based: The same or different? (EduTech Wiki)
- What’s the difference between Problem- and Project- Based Learning? (Life Practice PBL)
- Project-Based, Problem-Based, or Inquiry-Based Learning? (EyeOnEducation)