Keefektifan Model Think Pair And Share Dalam Pembelajaran Menganalisis Unsur Pembangun Cerpen dengan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Pati Tahun Ajaran 2022/2023.

Ibu Erlinda Kusuma Wardani, S.Pd Guru SMK Negeri 4 Pati, Pati – Jawa Tengah

RadarJateng.com, Pendidikan Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills), demikian pendapat dari (Tarigan, 1984:1).

Keterampilan menyimak sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menyimak seseorang dapat mengetahui pesan yang disampaikan dari penutur sehingga maksud dari penutur dapat dipahami.

Pengembangan keterampilan menyimak perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa. Menyimak memang dapat dikuasai oleh siapa saja yang memiliki keterampilan intelektual yang memadahi. Berbeda dengan keterampilan menulis dan berbicara, menyimak memerlukan konsentrasi yang khusus untuk mendapatkan hasil simakan yang maksimal.

Read More

Salah satu hal yang menunjang kemampuan memahami berita bagi siswa adalah ketrampilan guru dalam memilih model yang tepat. Model merupakan, upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti model digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.

Banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia membingungkan serta merupakan ilmu pengembangan yang dapat berubah seiring perkembangan zaman. Akan tetapi penerapan dan manfaatnya sangat penting. Kurangnya keterampilan guru dalam pemilihan model pembelajaran yang variatif dapat menjadikan kendala dalam belajar. Akibat dari kurangnya memanfaatkan media yang ada siswa cenderung pasif dan merasa bosan sehingga siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Guru dapat memberikan sebuah kegiatan diskusi yang menyenangkan agar dapat menarik minat belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang bisa menarik minat belajar siswa yaitu model pembelajaran think pair and share. Model ini sangat menarik karena siswa dapat bertukar pikiran terhadap teman sekelasnya dalam satu kelompok.

Strategi Think Pair and Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi TPS ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arend (1997) yang dikemukakan oleh (Trianto, 2007:61), menyatakan bahwa TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan TPS untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan, demikian pendapat dari (Trianto, 2007:61).

Pembelajaran menggunakan model TPS ini berpusat pada siswa, sedangkan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan demikian, model TPS berarti pembelajaran Bahasa Indonesia yang bersifat Student Centered Learning, dalam hal ini siswa yang berperan aktif pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman sehingga siswa tidak hanya mengerti dan mengetahui konsep materi saja, tetapi siswa akan mengerti dan juga akan memahami materi Bahasa Indonesia yang di ajarkan. Selain itu, penggunaan model ini dapat mengurangi ketergantungan siswa kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh para siswa dan melatih para siswa mengeksplorasi atau memanfaatkan media sebagai sarana dan sumber informasi untuk meningkatkan pemahaman materi siswa. Sehingga hasil yang diperoleh siswa akan lebih baik.

Penggunaan model TPS sebagai teknik yang dipandang cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menuangkan ide. Model TPS merupakan sarana yang ampuh untuk memancing siswa dalam membangun imajinasi dan konsep yang lebih terarah dengan menganalisis unsur pembangun cerpen melalui rekaman suara dan gambar (audiovisual) untuk digali konsep pembelajarannya. Di samping itu, dengan model TPS yang disajikan, siswa akan lebih terbantu dalam menemukan dan mengembangkan ide dalam menganalisis unsur pembangun cerpen. Siswa akan lebih tertarik dengan pembelajaran menggunakan model TPS, karena model ini melibatkan siswa secara langsung untuk menemukan konsep dalam materi pembelajaran. Oleh karena itu siswa akan lebih tertarik dan merespon serta akan lebih mudah menganalisis unsur pembangun cerpen sehingga dapat memperoleh konsep yang pasti.

Pembelajaran keterampilan menyimak dapat memberikan manfaat untuk melatih siswa bernalar melalui bahasa yang disimaknya. Pembelajaran menyimak merupakan keterampilan produktif yang menuntut kemampuan siswa dalam melatih konsentrasi. Akan tetapi, pada kenyataannya kemampuan menyimak pada siswa masih kurang. Dalam hal ini, penulis menggunakan siswa kelas XI sebagai sasaran untuk meningkatkan penguasaan bahasa yang masih kurang. Hal ini disebabkan oleh pola pikir mereka yang salah menganggap bahwa pelajaran bahasa khususnya pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah.

Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran menyimak kelas XI diantaranya siswa mampu menemukan pernyataan-pernyataan yang merupakan jawaban dari pertanyaan unsur-unsur pembangun cerpen, siswa mampu menganalisis unsur pembangun cerpen dengan tepat.

Faktor yang melatarbelakangi rendahnya keterampilan menyimak pada siswa kelas XI SMK N 4 Pati adalah rendahnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam hal menyimak cerpen. Selain itu faktor lain yang melatarbelakangi rendahnya kemampuan menyimak adalah metode pengajaran yang tidak variatif. Guru umumnya hanya menggunakan metode ceramah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini tidak akan efektif dalam kegiatan pembelajaran karena metode ceramah tidak menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sementara pembelajaran sekarang menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Seharusnya Guru hanyalah sebagai fasilitator pembelajaran bagi siswa. Sebagai akibatnya, tidak mengherankan jika siswa tidak berminat dan kurang termotivasi dalam mempelajari bahasa dan sastra Indonesia yang akhirnya mengakibatkan siswa malas belajar dan nilai keterampilan menyimaknya rendah. Kondisi tersebut menggugah keinginan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan menganalisis unsur pembangun cerpen pada siswa kelas XI SMK N 4 Pati dengan menggunakan model TPS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Melalui penelitian ini, peneliti mencoba suatu pembaharuan untuk meningkatkan keterampilan menganalisis unsur pembangun cerpen yaitu dengan menggunakan model TPS. Penggunaan model TPS ini sebagai alternatif pembelajaran menganalisis unsur pembangun cerpen sehingga siswa akan lebih tertarik untuk menyimak cerpen yang disajikan dalam bentuk rekaman suara dan gambar (audiovisual) dan diharapkan dapat memberikan motivasi terhadap siswa agar mampu menganalisis unsur pembangun cerpen.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen atau metode deskriptif kuantitatif yaitu merupakan cara yang produktif, karena dapat menjawab hipotesis yang berkaitan dengan sebab akibat. Penelitian ini melibatkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen adalah kelas yang menggunakan model Think Pair and Share (TPS), sedangkan kelompok kontrol adalah kelas yang tidak menggunakan model TPS.

Menurut Sugiyono (2010:61) variabel  adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Arikunto (2010:173). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI SMK N 4 Pati tahun ajaran 2022/2023 yang terbagi ke dalam 2 kelas, yaitu XI Farmasi 1 dan XI Farmasi 2.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes. Tes adalah alat untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti (Arikunto, 2010:266). Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Tes pada umumnya bersifat mengukur (Sukmadinata, 2010:223). Yang diukur pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelompok kontrol atau kelas yang tidak menggunakan metode pembelajaran dan kelompok eksperimen atau kelas yang menggunakan metode pembelajaran.

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal objektif dan soal esai, yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk pilihan ganda dan uraian dengan menggunakan bahasa sendiri. Tes bentuk esai memberi kebebasan kepada siswa untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri dalam lingkup yang relatif dibatasi.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes yang berbentuk pilihan ganda dan esai untuk mengetahui sejauhmana pemahaman dan kemampuan siswa dalam menganalisis unsur pembangun cerpen dengan model think pair and share.

Melalui tes pilihan ganda dan esai penilaian yang dilakukan terhadap jawaban siswa tidaklah mudah. Tiap butir tes esai tentunya tidak sama persis bobot nilainya sehingga pemberian skornya juga harus berbeda. Disamping itu juga ada variasi jawaban yang berbeda menambah kesulitan untuk pensekoran nilai. Sehingga pada saat penilaian membutuhkan pertimbangan tertentu. Penilaian tersebut menggunakan bobot pada masing-masing aspek yang dinilai. Pemberian bobot tentunya disesuaikan dengan tingkat kelengkapan siswa dalam menganalisis unsur pembangun cerpen. Unsur yang paling penting diberikan bobot tertinggi dan seterusnya.

Setelah melakukan penelitian, terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol baik pre-test maupun post-test. Salah satu perbedaan tersebut terletak pada nilai rata-rata pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Hasil penelitian pada kelompok kontrol ketika pre-test, nilai rata-rata sebesar 67,53 masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 75. Pada saat post-test kelompok kontrol melaksanakan pembelajaran menganalisis unsur pembangun cerpen pada cerpen yang didengar dengan metode ceramah atau tanpa menggunakan model TPS. Nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan yaitu 75,10.

Kelompok yang kedua yaitu kelompok eksperimen. Hasil pre-test kelompok eksperimen tidak jauh berbeda dengan kelompok kontrol. Kemampuan siswa dalam menganalisis unsur pembangun cerpen masih rendah. Hasil pre-test kelompok eksperimen nilai rat­a-rata siswa sebesar 71,16 masih di bawah kriteria ketuntasan minimal. Setelah pre­-test selesai, kelompok eksperimen juga melaksanakan post-test. Pada saat post-test kelompok eksperimen melaksanakan pembelajaran menganalisis unsur pembangun cerpen terhadap cerpen yang didengar dengan menggunakan model TPS dengan media audiovisual. Nilai rata-rata siswa menjadi lebih baik yaitu 80,96. Nilai tersebut di atas kriteria ketuntasan minimal dengan kategori baik. Dengan demikian dapat diartikan bahwa model TPS efektif dalam pembelajaran menganalisis unsur pembangun cerpen terhadap teks yang didengar.

Pada kelas kontrol dapat diketahui bahwa data pretest menganalisis unsur pembangun cerpen dengan kategori sangat baik sebanyak 1 siswa, kategori baik sebanyak 6 peserta didik, kategori cukup sebanyak 18 peserta didik, kategori kurang sebanyak 4 peserta didik, dan kategori sangat kurang sebanyak 1 peserta didik. Sedangkan dapat diketahui bahwa data posttest menganalisis unsur pembangun cerpen dengan kategori sangat baik sebanyak 5 peserta didik, kategori baik sebanyak 9 peserta didik, kategori cukup sebanyak 16 peserta didik.

Pada kelas eksperimen dapat diketahui bahwa data pretest menganalisis unsur pembangun cerpen dengan kategori sangat baik sebanyak 4 peserta didik, kategori baik sebanyak 4 peserta didik, kategori cukup sebanyak 22 peserta didik. Sedangkan dapat diketahui bahwa data posttest menganalisis unsur pembangun cerpen dengan kategori sangat baik sebanyak  9 peserta didik, kategori baik sebanyak 12 peserta didik, kategori cukup sebanyak 9 peserta didik.

Hal ini dimungkinkan karena siswa yang mendapat perlakuan dengan model think pair and share mendorong siswa untuk aktif, karena siswa berpikir dengan pasangannya atau teman sebangkunya untuk berdiskusi menganalisis unsur pembangun cerpen dan kemudian bisa berbagi dengan teman sekelasnya secara bergantian. Sehingga siswa tidak akan ada yang pasif dan mengandalkan siswa yang lainnya. Dengan kata lain siswa dapat belajar dengan mandiri dan mendorong siswa untuk pasti bisa.

Selain itu model TPS juga mempunyai kelebihan untuk pembelajaran diskusi dibandingkan dengan metode ceramah diantaranya adalah: setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing, diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah, dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri, diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

Hal ini menjadikan pembelajaran keterampilan menyimak cerpen bukanlah hal yang sulit tetapi membutuhkan keterampilan dan metode yang sesuai yang dapat membuat siswa lebih mudah dalam proses pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran menyimak cerpen menggunakan model TPS antara lain adalah siswa lebih memahami konsep menyimak cerpen karena dalam pembelajarannya siswa dapat belajar dari pengalaman siswa sendiri, siswa juga lebih termotivasi dalam pembelajaran karena model TPS mengajarkan siswa untuk aktif dalam berdiskusi sehingga metode ini bisa menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan model TPS dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerpen untuk menganalisis unsur pembangun cerpen dengan media audiovisual pada siswa kelas XI SMK N 4 Pati tahun ajaran 2022/2023.

Penulis : Erlinda Kusuma Wardani, S.Pd Guru SMK Negeri 4 Pati, Pati – Jawa Tengah

DAFTAR PUSTAKA

  • Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
  • _______.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Azwar, Saifudin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Harjito dan Nazla Maharani Umaya. 2009. Jurus jitu menulis ilmiah dan populer. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.
  • Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model peneparapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Lie, Anita. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
  • Ngatmini, dkk. 2010. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Semarang: IKIP PGRI PRESS.
  • Cahya, Inung. 2012. Menulis Berita di Media Massa. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.
  • Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
  • Sudjana.2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
  • Sudjana, Nana. 2001. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: CV Sinar Baru Algesindo.
  • Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
  • Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosidakarya.
  • Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
  • Tim Penyusun KBBI. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Sanaky, Hujair AH. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif.Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.
  • Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
  • Siregar, Ashadi. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius.
  • Putra,  R Masri Sareb. 2006. Teknik Menulis Berita & Feature. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia.

Related posts