RadarJateng.com, Pendidikan – Era digital adalah era mereka yang lahir 8 atau 10 tahun yang lalu, dimana semua serba canggih, semua serba modern, semua serba cepat, semua serba menggunakan teknologi , tak terkecuali dengan anak-anak di TK saya.
Jaman serba canggih sekarang mengubah semua pola pikir, gaya hidup dan juga kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dimasyarakat, apalagi dengan anak-anak. Sangat jauh berbeda, Ketika jaman dulu rasa sosial anak-anak begitu tinggi, rasa Kerjasama anak-anak begitu tinggi, tapi tidak dengan jaman di era digital seperti sekarang. Banyak anak tidak saling mengenal dengan anak sebelah rumahnya, banyak anak tidak saling mengenal dengan saudara-saudaranya, terlebih kepekaan anak terhadap sosial atau keadaan disekitarnya. Karena anak-anak di era digital sibuk dengan dunianya, dunia gadget. Kita bisa melihat, setiap anak dimanapun tempatnya pasti memegang smartphone/gadget, baik itu melihat video yutube ataupun bermian game online. Ntahlah…..siapa yang perlu disalahkan.
Dalam hal ini saya selaku guru salah satu TK swasta di Bantul Yogayakarta, mencoba memperkenalkan permainan tradisional yang bernama Cublak-cublak suweng. Permainan ini berasal dari Jawa, baik jawa tengah, Jawa timur ataupun Yogjakarta mengenal permainan ini. Ketika pertama kali saya menyanyikan lagu Cublak-cublak suweng murid saya tidak ada yang hafal ataupun sekedar tahu dengan lagu ini. Betapa mirisnya bukan?
Mulai dari situ, setiap hari saya menyanyikkan lagu Cublak-cublak suweng agar mereka dapat mendengar dan lama-lama menghafalnya.
Cublak-cublak suweng….
Suwenge ting gelenter….
Mambu ketundhung gudhel…
Pak Empong lera lero…
Sopo ngguyu ndhelikake…
Sir…sir pong dele kopong sir….
Sir pong dele kopong..
Hasilnya mereka pun hafal. Ketika mereka sudah hafal dengan lagunya, kemudian saya memperkenalkan permainanya.
Permainan ini cukup unik, sebenarnya diJawa barat juga ada permainan ini tapi tentu dengan nama permainan yang berbeda. Cara permainan tradisional Cublak-cublak suweng ini cukup mudah. Permianan ini dilakukan dengan jumlah anak antara 4-7 orang, dan juga menyiapkan alat berupa kerikil / kelereng ataupun benda kecil lainnya yang dapat digenggam. Cara mainnya Pertama dilakukan hompimpa untuk menentukan siapa yang akan jadi (penebak), lalu sisanya yang akan bermain. Setelah terpilih satu anak yang jadi, anak tersebut merunduk kearah lantai , anak-anak yang lain mulai memutar kerikil/kelereng dengan posisi tangan diatas punggung penebak sambil bernyanyi Cublak-cublak suweng dan memutarkan kerikil/kelereng/benda kecil tersebt sampai lagu habis. ketika lagu berhenti kerikil akan digenggam oleh salah satu anak lalu penebak bangun mencoba menebak siapa yang menggenggam kerikil/kelereng tersebut. Jika tertebak, maka yang membawa kerikil/kelereng tersebut yang jadi, jika tidak tertebak, maka penebak akan jadi penebak lagi, begitu seterusnya.
Permainan tradisional ini sangat menyenangkan, apalagi dilakukan oleh anak-anak seusia PAUD/ TK. Banyak sekali manfaat dari permainan tradisonal Cublak-cublak suweng ini atara lain : menumbuhkan dan meningkatkan perkembangan sosial anak, menumbuhkan emosional anak, melatih Kerjasama anak, melatih komunikasi anak dan tentunya melestarikan budaya tradisional yang kita miliki agar tetap terjaga.
Penulis Cahyaningsih, S.Pd Guru TK Satu Atap Sd Srumbung, Pleret, Bantul – DIY