RadarJateng.com, Pendidikan – Pendidikan di lembaga anak usia dini tidaklah sama dengan pendidikan di beberapa lembaga lainnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang mengutamakan bermain sambil belajar. Sehingga pembelajaran yang diajarkan bukan hanya mengenai materi semata, namun juga permainan yang mengendalikan emosional peserta didik sebagai bekal bagi mereka kelak ketika menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.
Salah satu penggunaan metode yang dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini adalah penggunaan metode berbasis proyek. Mulyasa (2014:112-113) menyatakan bahwa : “Metode proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “Learning By Doing” yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai tujuan.Berkenaan dengan hal tersebut, Piaget mengatakan bahwa kita tidak dapat mengerjakan tentang suatu konsep pada anak secara verbal, tetapi kita dapat mengajarkannya jika menggunakan metode yang didasarkan pada aktivitas anak.”
Untuk mewujudkan imajinasi mereka menjadi nyata maka perlu dilahirkan dalam bentuk sebuah karya. Karya tidak harus besar dan megah, juga tidak selalu membutuhkan dana yang besar. Memanfaatkan barang-barang di sekitar semisal botol bekas, kardus bekas, dedaunan, ranting pohon, batu kerikil, pun kain perca dan sebagainya apabila distimulus dengan tepat dan benar maka bisa menjadi sebuah karya yang indah dan menarik bahkan bisa memberikan daya jual bagi karya yang mereka buat.
Lalu, bagaimana menerapkan pembelajaran berbasis proyek bagi anak usia dini?
Sebelum memulai pembelajaran berbasis proyek maka sebagai pendidik AUD kita perlu mempersiapkan tema dan topik. Tema merupakan payung yang melingkupi suatu konteks pembelajaran serta pokok pikiran yang masih bersifat luas dan umum, dan perlu dipersempit menjadi topik agar kegiatan tidak terlalu meluas dan bisa fokus terhadap sesuatu yang sedang dipelajari. Anak-anak pun mampu memiliki pemahaman yang penuh terhadap sesuatu yang sedang dipelajari saat itu. Sedangkan topik adalah sesuatu yang dekat dengan anak, menarik dan mampu memperkaya pengalaman anak. Ia ada di sekitar anak dan mempelajari sesuatu yang terjadi di sekitar bisa mempermudah anak untuk mempelajari sesuatu tersebut. Misalnya dengan tema lingkungan, topik yang akan dipakai rumah. Dari topik rumah tersebut pembalajaran berbasis proyek yang bisa dilakukan adalah anak-anak bisa membuat dan menghias bentuk rumah, lalu dapat memanfaatkannya sebagai pembelajaran tentang bentuk geometri.
Agar pembelajaran berbasis proyek bisa berjalan lancar, pendidik tentu perlu mendesain proyek terlebih dahulu. Tentukan terlebih dahulu jenis proyek yang akan dilakukan sesuai tema hasil kesepakatan antara pendidik dan anak. Jangan sampai ada miss-komunikasi antara pendidik dan anak, hal ini bisa berdampak pada kurangnya minat anak untuk mempelajari sesuatu karena tidak berangkat dari keinginan mereka. Kemudian berlanjut pada pengerjaan proyek.
Pendidik atau anak-anak bisa menentukan sendiri jenis pengerjaan proyek yang akan mereka lakukan, baik dikerjakan secara individu, kelompok atau proyek kelas. Pembelajaran berbasis proyek selain mampu meningkatkan daya kreatifitas anak, anak juga bisa mengkomunikasikan hasil karya mereka dengan meningkatkan kemampuan Bahasa dan kognitif mereka. Persentasi proyek yang mereka buat mampu meningkatkan daya bahasa mereka dan mereka mampu mendiskusikannya dengan teman mapun pendidik mereka. Diskusi berdasarkan pengalaman atau apa yang mereka ketahui sebelumnya. Setelah mereka membuat karya berbasis proyek, mereka dapat menggunakan untuk pembelajarannya secara nyata untuk menambah pengetahuan yang belum mereka ketahui. Sebagai contoh di TK Diponegoro 06 Sumbertempur melakukan pembelajaran pembuatan “Rumah Pintar Geometri” kemudian setelah produk mereka telah berhasil dibuat, mereka menggunakan sebagai media untuk mengenal dan memahami bentuk-bentuk geometri secara nyata atau 3D dengan cara bermain.
Prosedur Penggunaan:
- Rumah Pintar Geometri ini dibuat untuk mengenalkan bentuk geometri sederhana yaitu persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran kepada kelompok A (usia 4-5 tahun). Anak juga dapat mengenal warna pada bentuk geometri media tersebut.
- Di salah satu sisi terdapat bentuk geometri sebagai media untuk mengenalkan bentuk secara konkret setelah anak mengamati lingkungan sekitar (persegi, segitiga, dan lingkaran). Cara menggunakannya yaitu anak memasukkan bentuk geometri ke bagian atas rumah yang telah diberi lubang kemudian anak menyebutkan bentuk apa yang ia masukkan, menyebutkan bagian rumah yang memiliki bentuk sesuai yang ia ketahui (contoh: jendela berbentuk persegi dan lingkaran, atap berbentuk segitiga), anak juga dapat menyebutkan warna dari bentuk yang ia pegang, serta bentuk apa yang ia hias pada miniatur rumah pintar geometri tersebut.
- Anak dapat bermain secara bergantian dengan cara memasukkan bentuk-bentuk geometri serta menyebutkan bentuk apa yang ia pegang, dan menyebutkan benda apa yang sama dengan benda di sekitarnya.
Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak tentang pengenalan bentuk geometri sederhana, selain itu penggunaan metode proyek dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional, bahasa, dan motorik halus, dan seni pada anak usia dini.
Semoga info di atas bermanfaat bagi kita semua.
Penulis: Yuni Eka Saputri, S.Pd, TK Diponegoro 06 Sumbertempur, Malang – Jatim