RadarJateng.com, Pendidikan – Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional, memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global, mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya (Kemendikbud, 2013). Namun kenyataan dalam pembelajaran yang terjadi selama ini adalah pembelajaran masih banyak bertumpu pada guru. Proses pembelajaran masih banyak didominasi oleh ceramah guru dan siswa hanya mendengarkannya. Dalam kondisi demikian pengalaman belajar siswa hanya mendengarkan ceramah guru saja, tanpa ada keaktifan, kreatifitas dan inovasi yang berasal dari siswa. Siswa kurang memiliki kemampuan memecahkan permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan aktivitas sehari hari.
Ketimpangan ini juga saya alami. Sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP Negeri 8 Batang, saya mengalami kendala dalam pembelajaran pada materi teks fungsional pendek berbentuk “Greeting Card”. Greeting card adalah salah satu materi yang dipelajari dalam pelajaran Bahasa Inggris di kelas VIII SMP/MTs. Melalui pembelajaran greeting card ini, diharapkan peserta didik mampu memahami, menganalisis, dan membandingkan tujuan sosial, struktur teks, dan ciri-ciri kebahasaan dari tiap kartu ucapan sehingga akhirnya peserta didik mampu menulis sendiri kartu ucapan menggunakan Bahasa Inggris yang sederhana. Dalam pembelajaran ini kendala yang saya temukan adalah banyaknya jawaban yang kurang tepat pada saat siswa selesai mengerjakan tes tulis, sehingga tidak bisa memenuhi nilai Kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Permasalahan ini dimungkinkan timbul karena metode mengajar yang saya gunakan yang masih monoton sehingga menyebabkan rendahnya minat siswa memahami Greeting card. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka saya simpulkan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Saya sebagai guru merasa terpanggil untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu alternatif yang saya pilih adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Dalam model pembelajaran berbasis masalah, peserta didik diberikan suatu permasalahan yang nyata secara berkelompok sehingga mereka dapat berpikir kritis, mengemukakan pendapat meskipun hanya kalimat yang sederhana, serta menyelesaikan permasalahan yang didapat melalui diskusi dan kolaborasi dengan anggota kelompoknya masing-masing. Penyajian materi dalam model pembelajaran ini juga selalu dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih mudah memahami isi pelajaran dan menuntut siswa untuk aktif berpikir. Menurut Arends (2008:57), sintaks dalam model pembelajaran berbasis masalah meliputi orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Dari hasil pengamatan guru serta penilaian rekan sejawat dan Kepala Sekolah, pembelajaran Bahasa Inggris pada materi Greeting Card dengan menggunakan model Problem Based Learning menunjukkan dampak positif bagi peserta didik. Ketika model pembelajaran ini saya terapkan didukung dengan TPACK berupa PPT dan video melalui LCD, ternyata menjadi pengalaman baru yang menyenangkan bagi peserta didik di kelas. Terlihat peserta didik menjadi lebih antusias memperhatikan pembelajaran yang disajikan oleh guru. Pola peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi (HOTS) juga tumbuh terutama dalam hal menjawab pertanyaan pemantik yang diberikan guru dan saat berdiskusi dengan teman sekelompok. Lembar kerja peserta didik yang meminta untuk menganalisis, membandingkan, dan menulis kartu ucapan juga dapat diselesaikan dengan baik. Peserta didik juga mampu mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dengan percaya diri. Sebagai hasilnya, peserta didik merasa pemahaman mereka akan materi Greeting Card mengalami kemajuan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil jawaban penilaian individu yang diselenggarakan guru melalui google form dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai di atas KKM.
Praktik Pembelajaran inovatif dengan menggunakan model Problem Based Learning ini dirasa penting untuk dibagikan sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran di kelas karena merupakan model pembelajaran Student Centered yang melibatkan peserta didik untuk dapat berdiskusi, dan berpikir kritis untuk memecahkan masalah, sehingga guru tidak lagi mendominasi dalam pembelajaran. Peserta didik menjadi meningkat perhatiannya, karena mereka akan aktif dalam mengemukakan pendapat dalam forum diskusi. Peserta didik bisa lebih menguasai materi yang diberikan dan mereka akan lebih mudah dalam mengingat materi esensial yang sedang dipelajari.
Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman guru di luar sana.
Penulis : Tuti Hastuti, S.Pd Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 8 Batang – Jawa Tengah