RadarJateng.com, Pendidikan – Anak itu harta yang paling berharga bagi setiap orang tua, karena anak merupakan asset masa depan untuk para orang tua. Tak heran, banyak dari orang tua yang rela meninggalkan pekerjaannya demi mengasuh dan merawat anak dirumah karena ingin mengetahui setiap detail perkembangan anaknya seperti perkembangan fisik motorik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial emosionalnya dan lain sebagainya.
Pendidikan dalam keluarga pun sangat penting karena, ada peribahasa yang mengatakan bahwa “ Madrasah Pertama Anak yaitu Ibu”, karena sosok yang paling dekat dengan anak adalah ibu sebab kalau dihitung perjam maka ibu 24 jam setia menemani anak. Sehingga peran pendidikan bagi anak sangat penting terletak pada orang tuanya.
Pada zaman sekarang khususnya didaerah pedesaan pola asuh anak maupun pendidikan dalam keluarga dapat diperankan oleh nenek maupun orang tua dari orang tua kita. Faktor tersebut dapat disebabkan oleh faktor ekonomi yang memaksakan kedua orang tua bekerja 2 kali lipat untuk dapat menghidupi kehidupan sehari-hari sehingga mau tidak mau orang tua meninggalkan anaknya didesa dan merantau ke kota sehingga anak akan diasuh oleh neneknya.
Apakah anak kelak dewasa akan gagal dalam menggapai masa depannya ? belum tentu, karena pola asuh setiap orang khususnya setiap nenek itu berbeda-berbeda. Ada yang bersifat nenek lebih keibuan dari pada orang tua aslinya, ada yang orang tua aslinya bersifat otoriter sehingga anak tidak nyaman terhadap orang tua aslinya sehingga anak lebih nyaman bila didekat nenek karena anak merasa nenek itu mengerti dan lebih memahami apa yang anak rasakan dan ingin dilakukan, oleh karena itu tidak ada tuntutan apa yang akan dillakukan anak oleh neneknya. Pola asuh yang sering diterapkan oleh nenek kepada cucunya yaitu pola asuh demokratis.
Pola asuh demokrastis menurut Janet Kay adalah pola asuh yang menunjukkan ekspresi penuh cinta dan tanggap kepada anak-anaknya. Mereka menunjukkan kehangatan, kepekaan pada kebutuhan anak-anak, serta mampu mengembangkan pola komunikasi yang baik sejak dini. Mereka mendukung cita-cita dan ambisi anak. Pola asuh ini memberikan kebebasan pada anak untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya dengan tidak melewati batasan-batasan atau aturan-aturan yang telah ditetapkan bersama. Jadi pola asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara nenek dengan anak dan dapat menunjukkan sikap terbuka antara satu sama lain.
Keterbukaan nenek dan keterlibatan anak dalam mengambil keputusan dalam pola asuh ini akan membuat anak terbiasa dengan negoisasi, diskusi, dan memecahkan masalahnya sendiri. Memahami peraturan berdasarkan tindakan yang dibuat mengajarkan anak untuk berani dalam mengambil keputusan yang diambilnya. Anak menjadi terlatih dengan konsekuensinya yang ditanggungnya. Pola asuh demokratis ini mampu berpikir secara rasional. Anak akan terbiasa dengan memilih berdasarkan keinginan yang sesungguhnya. Secara tidak langsung anak akan memahami bentuk hak dan kewajibannya.
Selain itu pola asuh yang diberikan nenek kepada cucunya yaitu dengan memberikan rasa nyaman kepada anak saat didekatnya. Menurut salah satu Tim Assessor BAN PF PAUD Jawa Timur, Ibu Tawaduddin Nawafilaty, S.Pd.,M.Psi bahwa “ Akan ada perbedaan suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditunjukkan pada anak dengan neneknya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan dapat memberikan rasa nyaman ”.
Dapat disimpulkan bahwa timbal balik perilaku maupun sifat yang diberikan pada anak sehingga anak dapat merasakan rasa aman oleh orang yang mengasuhnya yaitu neneknya, serta pola asuh demokrasi yang diterapkan oleh nenek tidak ada jaminan bahwa anak yang diasuh oleh neneknya akan gagal kelak jika dewasa nanti. Hal tersebut tergantung apa yang nenek berikan kepada cucunya. Jika nenek tersebut mengasuhnya dengan tepat maka anak jika dewasa akan berhasil.
Penulis : Irma Melati,S.Pd, TK Purnama, Lamongan – Jatim