RadarJateng.com, Pendidikan – Anak Usia Dini merupakan anak yang berada pada proses perkembangan, baik perkembangan fisik, kognitif, sosial, emosional, dan bahasa. Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri dan perkembangan anak berkesinambungan. Setiap aspek saling berkaitan satu sama lain, terhambatnya satu aspek perkembangan tertentu akan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Kemampuan berbahasa menunjukkan kemampuan manusia yang kompleks sehingga bahasa dapat berkembang dengan cepat sejak anak usia dini. Yuliani Sujiono (2014) menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan hingga usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan bagi pembentukan karakter dan kepribadian anak serta kemampuan intelektualnya. Menurut definisi ini anak usia dini adalah kelompok yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (Wijana D Widarmi, 2013: 1.13). Anak Usia Dini merupakan anak yang sedang berada dalam proses perkembangan, baik perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan bahasa.
Setiap aspek saling berkaitan satu sama lain, terhambatnya satu aspek perkembangan tertentu akan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0 tahun sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal (Maimunah Hasan, 2009: 15). Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Depdiknas, 2010: 3). Oleh karena itu, kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan minat anak.
Hasil Observasi di TK Islamic International School PSM Magetan melalui pembelajaran mengenal suku kata dan diskusi dengan guru kelas kelompok A. Dari observasi tersebut diperoleh hasil bahwa kemampuan mengenal suku kata belum berkembang secara optimal,dengan ditemukannya 70% jumlah anak belum mampu mengenal semua kata dan mengalami kesulitan belajar. Diambil dari data penilaian harian kegiatan pembelajaran. Dari 23 anak dalam kelas, yang terdiri dari 14 anak perempuan dan 9 anak laki-laki, hanya ada 7 anak yang mampu mengenal kata dengan baik. Kegiatan mengenalkan suku kata dilakukan dengan cara guru membuat buku baca lalu anak membaca dan menyebutkan suku kata tersebut langsung. Anak diminta untuk menyebutkan suku kata tersebut. Selain itu, anak diminta menulis sesuai contoh yang diberikan guru, kegiatan mengenal suku kata juga dilakukan dengan menghubungkan garis putus-putus yang membentuk pola suatu huruf menjadi rangkaian kata dengan menggunakan lembar kerja anak.
Melihat dari permasalahan yang ada, maka kemampuan anak dalam mengenal suku kata perlu dikembangkan dengan cara yang tepat, yaitu dengan tetap berpedoman pada bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal suku kata pada Anak Usia 4-5 tahun di TK Islamic International School PSM Magetan Tahun 2020/2021 dengan menggunakan media Spelling Board. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah dengan media Spelling Board dapat meningkatkan kemampuan mengenal suku kata pada Anak Usia 4-5 tahun di TK Islamic International School PSM Magetan Tahun 2020/2021. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian yaitu anak-anak kelompok A yang berjumlah 23 orang anak dengan usia 4-5 tahun. Metode pengumpulan data yaitu observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media Spelling Board dapat meningkatkan kemampuan mengenal suku kata. Pada saat dilakukan observasi pratindakan, persentase kemampuan mengenal suku kata anak sebesar 39,15%. Pada Siklus I sebesar 55,9%, dan pada Siklus II sebesar 73,8%. Peningkatan kemampuan mengenal suku kata ini meliputi anak sudah mampu menyebut kata dengan membaca tulisan/yang tertulis dan menyebutkan simbol-simbol dalam kata. Perolehan persentase tersebut menunjukkan bahwa kemampuan mengenal suku kata anak kelompok A dengan kriteria baik telah mencapai indicator keberhasilan sebesar 73,8%.
Penulis : Ratih Dwi Hapsari, S.Pd, Tk Islamic International School Psm Magetan – Jatim.