RadarJateng.com, Pendidikan – Anak adalah buah hati orangtua, dari kalangan manapun mereka berasal, dari desa, dari kota, orang kaya, orang miskin, bahkan orang miskin habis sekalipun selalu mendambakan anak yang “sehat, cerdas, ceria dan berahlak mulia”. Kita semua yang cinta dan peduli pada Anak Usia Dini tentunya menyadari bahwa yang namanya anak itu hanyalah titipan dari Sang Maha Pencipta. Perkembangan anak usia dini sangat menentukan untuk perkembangan anak di masa selanjutnya. Untuk itu dibutuhkan stimulasi bermakna yang harus diberikan sejak anak usia dini.
Perkembangan kognitif anak meliputi kemampuan otak anak dalam memperoleh, mengelola, dan menggunakan informasi tersebut menjadi sebuah pengetahuan bagi dirinya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengelola perolehan belajar, menemukan bermacam-macam alternatif masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, mengelompokkan, serta kemampuan berpikir teliti (Departemen Pendidikan Nasional, 2004: 6). Kemampuan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir. Menurut Asmani (1996:102), bahwa kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Menurut Copley (dalam Karim dkk, 2007 : 17), angka adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari bilangan-bilangan. Dalam pengenalan konsep angka ini tidak terlepas konsep tentang angka-angka. Pengenalan konsep angka melibatkan pemikiran tentang beberapa jumlah suatu benda atau beberapa banyak benda. Pengenalan konsep angka ini pada akhirnya akan memberikan bekal awal kepada anak untuk mempelajari berhitung dan operasi penjumlahan.
Pada dasarnya anak sudah mempunyai kemampuan dasar matematik dengan minat anak untuk mengetahui sesuatu yang baru di sekitar ingkungan anak. Sedikit sulit untuk mengenalkan konsep bilangan/angka kepada anak karena sifatnya abstrak dan pada saat itu anak mengalami masa transisi yaitu proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak. Orang tua dan guru tidak hanya terpaku dengan angka saja untuk memperkenalkan konsep matematika tehadap anak.
Menurut penjelasan dari Trister et al, konsep angka dapat dibangun melalui pemanfaatan lingkungan sekitar yang dapat menjunjung pembelajaran matematika bagi anak. Dengan memanfaatkan benda – benda yang ada di sekitar anak, anak dapat memanipulasi, mengekspor dan mengorganisir benda – benda yang ada di sekitarnya sehingga dapat mengkomunikasikannya dengan orang tua, guru, dan teman sebayanya.
Kemampuan mengenal angka 1 sampai 10 sangat baik bila diberikan kepada anak sedini mungkin. Tujuan kemampuan mengenal angka 1 sampai 10 tidak lain agar anak sejak dini dapat berpikir logis dan sistematis melalui pengamatan terhadap benda – benda konkrit, gambar-gambar ataupun angka – angka yang terdapat di sekitar anak. Asep Jihad (2008:150)
Asep Jihad (2008:153) berpendapat bahwa tujuan kemampuan mengenal pada anak yaitu sebagai berikut:
1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol
2) Mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan mengenal angka pada anak, media puzzle dapa digunakant mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas berpikir anak (E. M. Komang, Suami, & Tirtayani, 2016).
Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang mampu mengasah kemampuan berpikir, mempermudah anak dalam mengingat dan memahami konsep-konsep, anak menjadi lebih kreatif dan manfaat bermain puzzle lainnya adalah berdampak pada perkembangan kognitif anak. Dalam bermain puzzle, anak dituntut bernalar sehingga otak anak akan terasah.(Yuniati, 2018). Penggunaan metode bermain dengan menggunakan puzzle disamping manfaatnya yang banyak, juga dapat memberikan kesenangan kepada anak saat memainkannya sehingga kecemasan yang dirasakan oleh anak dapat menurun. Bermain puzzle juga bermanfaat untuk membantu meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak.(Fitriani, Santi, & Rahmayanti, 2017).
Ketika anak-anak bermain puzzle, anak dapat berlatih untuk mengenal bentuk dan bagaimana mereka mengisi ruang kosong dimana potongan-potongan tersebut di perlukan.(Maghfuroh, 2018). Puzzle angka adalah salah satu mainan edukatif terdiri dari kepingan gambar/angka yang disusun menjadi gambar yang utuh yang dapat mengasah kemampuan anak dalam memecahkan ragam masalah dan dapat mengembangkan kemampuan logika matematika. Media puzzle sendiri merupakan alat permainan edukatif yang menyenangkan yang bisa digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir atau kemampuan kognitif anak untuk memecahkan masalah(Yulianti, Dahriyanto, & Sugiariyanti, 2018).
Puzzle yang akan dimainkan dapat dibuat sendiri menggunakan kertas kardus. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat puzzle dari kardus adalah :
- Kertas Kardus Bekas
- 2 buah gambar bertuliskan angka yang akan dijadikan puzzle
- Lem
- Lakban
- Pisau / Gunting
Langkah-langkah membuat puzzle dari kertas kardus :
- Gambar ditempelkan di kardus sebagai dasar puzzle
- Potonglah kardus sesuai ukuran untuk membuat bingkai puzzle, dan tempellah disisi bingkai puzzle
- Balutlah bingkai puzzle menggunakan lakban
- Tempellah gambar kepingan puzzle dan dipotong sesuai ukuran kepingan Puzzle.
- Puzzle pun siap untuk dimainkan.
Bermain puzzle dapat dilakukan secara bersama-sama dengan orang tua sehingga mampu merekatkan hubungan antara anak dan orang tua. Bermain puzzle memberikan tantangan tersendiri bagi anak, disaat anak kebingungan mencari tiap keping dari susunan gambar disinilah peran orang tua untuk tetap memotivasi anak agar dia tidak menyerah dan menyelesaikannya sampai selesai. Dengan mengikuti urutan angka yang ada pada puzzle, anak dapat mengenal angka dengan baik dan dapat menyelesaikan susunan puzzle sampai selesai.
Penulis : Nurmala Sari, S.Pd, TK IT Ahsan Syamil, Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Sumatera Utara