Pengembangan Karakter Anak Melalui Lagu Dolanan.

Pengembangan Karakter Anak Melalui Lagu Dolanan (Bermain Cublak - Cublak Suweng)

RadarJateng.com, Pendidikan Anak merupakan penerus cita-cita suatu bangsa, yang mana kualitas karakter anak akan menentukan keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa. Karakter suatu bangsa adalah bagian pokok dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Maka dari itu baik orang tua pemerintah dan para pendidik memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan dan meningkatkan kualitas karakter anak sehingga anak memiliki kesiapan bekal di kemudian hari.  Karakter yang berkualitas dapat di tanamkan, dibentuk dan diarahkan pada anak sejak usia dini (Rohmah, 2018). Dalam mempersiapkan dan meningkatkan kualitas karakter anak, dapat dilakukan sejak usia dini. Karena banyak penemuan-penemuan yang mendorong sampai pada kesimpulan bahwa masa emas (golden age ) seseorang berada pada usia 0-6 tahun.

Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Osbon, White, dan Bloom (Suyadi dan Ulfah, 2015:8) menyatakan bahwa perkembangan intelektual anak pada 4 tahun awal kehidupan mencapai 50%, kemudian 8 tahun awal kehidupan anak mencapai 80% dan 18 tahun awal kehidupan anak mencapai 100%. Selanjutnya  untuk perkembangan fisik anak pada usia 0 tahun yang mencapai 25%, pada 6 tahun awal kehidupan mencapai 85% dan pada 12 tahun awal kehidupan anak telah final mencapai 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasannya anak pada usia 0-6 tahun merupakan masa yang tepat dalam memaksimalkan fasilitas pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena pada rentang usia 0-6 tahun perkembangan intelektual anak sebesar 80% dan perkembangan fisik anak sebesar 85% dari skala 100% .

The golden age merupakan dimana anak memiliki banyak kemampuan  yang harus difasilitasi. Dengan demikian, masa usia emas merupakan waktu yang tepat sebagai masa penanaman, pembinaan, pembentukan dan pengarahan nilai-nilai karakter pada anak (Cahyaningrum, 2017). Karakter penting ditanamkan pada anak sedini mungkin demi membentuk generasi bangsa yang cerdas dan juga mempunyai identitas diri berupa budi pekerti yang luhur. Menurut Yaumi (2014), karakter merupakan hasil dari kebiasaan dalam pilihan beretika, berperilaku, dan bersikap sebagai individu yang memiliki akhlak yang utama meskipun tidak ada orang yang melihat. Dengan artian lain karakter merupakan identitas pribadi dari setiap orang. Karakter anak pada umumnya diperoleh dari interaksi anak dengan orang tua, saudara, guru, teman, dan lingkungan. Karakter juga dapat diperoleh dari hasil pengalaman sendiri dan juga pengalaman orang lain.

Read More

Menurut Freud, kesalahan dalam pembentukan karakter yang di inginkan pada anak usia dini akan menimbulkan kesulitan dalam kepribadian di masa dewasa. Dan juga keberhasilan orang tua dalam menyelesaikan konflik pribadi pada anak usia dini akan berpengaruh pada kehidupan bersosial anak dimasa mendatang (Erikson, 1968 dalam Prasanti, 2018). Dengan demikian keberhasilan penanaman karakter pada anak usia dini menentukan karakter anak saat dewasa kelak. Kurangnya atau kesalahan dalam pembentukan karakter dapat menimbulkan masalah kepribadian di masa yang akan datang. Misalnya: kenakalan remaja, perundungan, pelecehan seksual, tawuran dan pencurian (Marwanti, 2018). Dengan demikian, masalah-masalah tersebut memberikan gambaran betapa pentingnya penanaman karakter pada anak sejak usia dini.

Proses pembentukan dan pengembangan karakter pada anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai metode dan berbagai media. Salah satunya adalah melalui karya sastra berupa warisan budaya yaitu lagu dolanan. Sesuai dengan namanya, lagu dolanan merupakan nyanyian yang dinyanyikan oleh anak-anak sambil bermain (Nurgiyantoro, 2016:106). Lagu dolanan bukan hanya berfungsi sebagai lagu yang dinyanyikan anak saat bermain semata, atau hanya untuk bersenang-sengang. Namun lebih dari itu, lagu dolanan merupakan hasil karya yang memiliki pesan moral tersirat yang penting bagi pengembangan dan pembentukan karakter (Asropah, 2015).

Pengembangan Karakter Anak Melalui Lagu Dolanan

Lagu dolanan adalah nyayian rakyat Jawa terkhusus untuk anak-anak saat bermain dengan temannya (Suprayogi, 2018). Lagu dolanan tidak hanya sekedar lagu yang dinyanyikan anak saat bermain, menurut Wulandari & Yantami (2017) lagu dolanan memiliki nilai-nilai pesan moral yang terkandung dalam liriknya sesuai kaidah hidup masyarakat Jawa. Lagu dolanan memiliki ciri-ciri: 1) Bahasa sederhana yang mudah dipahami anak; 2) Jumlah baris dalam lirik lagu sedikit dan diulang-ulang; 3) Isi lagu seputar kehidupan anak (watak, tabiat, dan kehidupan sehari-hari anak); 4) Dalam penciptaannya tidak terikat dengan aturan-aturan tertentu; 5) Memuat hal-hal yang menyenangkan dan kebersamaan; 6) Berisi pesan moral. Dengan demikian (Basuki, 2017; Fatoni, 2019; Hartiningsih, 2015; Muljono, 2017; Suprayogi, 2018). Dengan demikian lagu dolanan merupakan lagu yang menyenangkan untuk anak, berisi tentang seputar kehidupan anak, dan mudah dipahami karena bahasanya yang sederhana.

Faktor budaya mempengaruhi penanaman nilai-nilai karakter pada anak, hal ini disebabkan karena tradisi adalah salah satu faktor krisis pengembangangan moral suatu bangsa. Kemudian pernyataan tersebut menjadi landasan penelitian untuk membentuk anak menjadi individu yang periang dan gembira melalui budaya, anak dapat dikenalkan dengan lagu dolanan “Gundul-gundul pacul”. Melalui lagu dolanan anak dirangsang mudah mengingat makna dan membentuk kondisi jiwa menjadi periang dan gembira. Anak juga dapat belajar dari isi kandungan dalam lagu “Gundul-gundul pacul” berupa untuk tidak sombong dan congkak karena dapat membawa petaka (Suprayogi, 2018). Hal tersebut juga selaras dengan pernyataan Muljono, 2017 yang menyatakan bahwa nilai moral dan etika pada anak usia dini dapat ditanamkan melalui lagu dolanan dengan cara pembuatan tarian untuk anak dengan penanaman karakter yang dimunculkan dalam lirik-lirik yang mengalir dalam alunan tarian dolanan.

Sulastuti (2020) juga melakukan penelitian terhadap pembuatan tarian untuk anak usia dini yang terinspirasi dari budaya lokal yaitu dolanan dan lagu dolanan. Menurutnya penanaman nilai-nilai moral pada anak usia dini membutuhkan cara tersendiri agar efisien. Yakni dengan dengan kegiatan yang menarik dalam pendidikan anak yaitu berupa bermain dan menari. Dengan demikian gerakan tari berasal dari gerakan permainan dolanan dan mengandung unsur nilai-nilai moral dalam lagu dolanan sebagai pengiring lagu. Selain lagu dolanan, permainan tradisional atau sering disebut dolanan dapat menumbuhkan kemampuan moral dan sosial pada anak usia dini. Dengan permainan tradisonal “cublak-cublak suweng” dapat menumbuhkan sosial dan moral anak karena: 1) Permainan dilakukan 3-5 anak, sehingga anak dapat melatih komunikasi dan melakukan interaksi sosial; 2) Dalam permainan “cublak-cublak suweng” anak dituntut untuk bermain secara sportif jika giliran mainnya sudah datang, maka anak harus menerimanya; 3). Melatih kejelian karena harus menebak dengan benar; 4) Dapat menyingkronkan antara lagu dolanan gerakan; 5) Mengambil pesan moral yang terkandung dalam lagu dolanan cublak-cublak suweng, yang mangandung jika mencari riski tidak boleh menuruti hawa nafsu, melainkan dengan hati yang bersih agar keinginan dapat tercapai dan tidak tersesat di jalan hingga akhiratnya terlupakan (Haris, 2016).

Wulandari & Hurustyanti (2016) dalam penelitiaanya juga menyatakan bahwa karakter jujur pada anak usia dini dapat ditanamkan melalui permainan tradisional denagn tiga tahapan. Yakni perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan juga diakhiri evaluasi. Ketiga tahapan tersebut dilakukan secara konsisten dan profesional agar mencapai tujuan. Setelah lagu, permainan, dan tari tradisional ada penelitian mengenai alat musik tradisional sebagai penanaman nilai-nilai kehidupan. Penelitian ini dilakukan oleh Pamungkas et al., (2019) dengan pelatihan alat musik tradisional karawitan. Tahapan pelaksanaan dilaksanakan sepuluh kali pertemuan dengan durasi satu setengah jam tiap pertemuan. Sejak tahap awal hingga tahap akhir, nilai kehidupan yang terinternalisasi adalah kerjasama tolong menolong, taat pada aturan, bertanggung jawab, dan menghargai orang lain. Karawitan disini berperan sebagai penghubung antara nilai-nilai kehidupan  dengan cara berpikir anak yang konkrit atau nyata.

Penulis : Isnaini Safitri, S.Pd, TK Pertiwi II Kenteng, Desa Kenteng, Kec. Nogosari, Kab. Boyolali, Jateng.

Related posts