RadarJateng.com, Pendidikan – Belakangan ini perkembangan IPTEK berlangsung sangat cepat yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi semua aspek kehidupan sehingga memaksa masyarakat untuk bisa membiasakan diri dengan perubahan tersebut dalam rangka menghadapi tantangan abad 21. Dunia Pendidikan pun mau tidak mau juga harus mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat menghadapi tantangan tersebut melalui kecakapan abad 21, salah satunya yaitu kemampuan untuk dapat mengembangkan pola berfikir kritis terhadap berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan.
Salah satu upaya yang dapat dikembangkan untuk melatih peserta didik dalam mengembangkan ketrampilan berfikir kritis adalah dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL). PBL merupakan model pembelajaran yang menitik beratkan pada permasalahan konstektual yang harus dapat dipecahkan oleh peserta didik dengan menggunakan seluruh pengetahuannya yang didukung oleh berbagai sumber belajar(Lindiyah,2013)
Pembelajaran berbasis masalah yang diintegrasikan dengan media pembelajaran yang kongkret merupakan bentuk upaya pengembangan ketrampilan yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik dikarenakan pada pembelajaran ini siswa akan diberikan permasalahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi dan pengetahuan baru.
Media pembelajaran adalah suatu alat yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk membantu mempermudah proses pembelajaran yang dilakukannya. Media pembelajaran terbagi ke dalam 3 jenis yaitu audio, visual dan audio visual. Dalam kegiatan pembelajaran berbasis masalah penulis menggunakan media Augmented Reality (AR) sebagai media pembelajaran visual untuk membangkitkan motivasi awal siswa sebelum memulai pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk memberikan pengalaman baru kepada peserta didik dalam pengembangan ketrampilan berfikir kritis dikarenakan selama ini kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan model direct instruction dalam proses transfer ilmu kepada peserta didik sehingga menyebabkan pembelajaran lebih berpusat pada guru (teacher center), sehingga aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran lebih dominan untuk mendengarkan dan mencatat materi dari apa yang disampaikan guru. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan peserta didik diperoleh hasil bahwa dalam pembelajaran dengan metode ceramah kadang pembelajaran menjadi monoton dan membosankan karena peserta didik hanya sekedar mendengarkan tanpa dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran dengan model PBL tersebut guru memiliki tanggung jawab untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.
Model pembelajaran berbasis masalah mengharuskan guru untuk dapat berperan dalam mengorientasikan peserta didik pada masalah yang konstektual yang ada di sekitarnya, memotivasi siswa dan menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik selanjutnya dapat menemukan konsepnya secara mandiri dan menemukan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah, penulis dihadapkan pada beberapa tantangan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran diantaranya yaitu :
- guru terlebih dahulu harus bisa menganalisis materi apa saja yang sesuai untuk dapat diterapkan dengan model PBL
- guru harus bisa mengkondisikan siswa untuk dapat beradaptasi dengan model pembelajaran berbasis masalah
- karakteristik peserta didik yang cenderung pasif.
- Kesulitan siswa dalam menentukan permasalahan
Tantangan-tangangan tersebut muncul dikarenakan peserta didik selama ini sudah terbiasa dengan model pembelajaran konvensional berupa ceramah, sehingga untuk dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru harus dapat memotivasi dan memfasilitasi siswa dalam mengorientasikan permasalahan yang dimunculkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu berdasarkan hasil survey yang dilakukan guru pada kelas sebelumnya sebagian besar peserta didik cenderung lebih menyukai metode ceramah dengan alasan tidak perlu repot-repot mikir untuk menemukan konsep sendiri dan belum lagi ada ketakutan dalam benak siswa kalo nanti konsep yang ditemukan ada kesalahan.
Dalam rangka mewujudkan terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah guru terlebih dahulu harus bisa memberikan motivasi yang baik diawal pembelajaran sehingga dapat membangkitkan rasa ingin tau pada diri peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru memberikan motivasi pada peserta didik melalui media pembelajaran Augmented Reality (AR). Dimana peserta didik diajak secara langsung untuk mengamati bentuk bentuk virus yang selama ini hanya mereka ketahui namanya tapi tidak pernah dapat melihat wujudnya. Selanjutnya guru mulai mengorientasikan peserta didik pada permasalahan-permasalahan konstektual yang ada disekitarnya. Untuk dapat menumbuhkan ketrampilan berfikir kritis pada peserta didik dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari permasalahan tersebut. Untuk selanjutnya dilakukan permasalahan-permasalahan yang berhasil dikumpulkan oleh peserta didik di diskusikan secara berkelompok dan dipresentasikan dihadapan peserta didik yang lain untuk memberikan masukan dan umpan balik dari masalah tersebut sehingga akan memunculkan solusi yang relevan dengan masalah yang dihadapi.
Dalam kegiatan pembelajaran berbasis masalah pada materi virus tentu saja melibatkan peran serta antara guru dan peserta didik sebab kegiatan ini menuntut keaktifan peserta didik dalam menemukan konsep virus secara mandiri selain itu untuk kegiatan belajar mengajar pokok bahasan virus ini diperlukan marker virus AR dan gawai yang support untuk aplikasi scan marker virus dengan menggunakan media Augmented reality(AR) sehingga peserta didik dapat melihat secara langsung bagaimana bentuk virus.
Kegiatan pembelajaran materi virus dengan media Augmented reality ini memberikan dampak positif bagi peserta didik karena dengan bantuan media AR peserta didik dapat mengamati bentuk virus secara nyata selain ini pembelajaran dengan media AR ini cukup efektif untuk membangkitkan rasa ingin tau peserta didik terhadap virus yang selama ini hanya mereka dengar tapi tidak dapat mereka lihat sehingga secara tidak langsung dapat membangkitkan keaktifan peserta didik. Dampak positif lain yang muncul dari kegiatan pembelajaran ini adalah peserta dapat memunculkan kemampuan berfikir kritis nya melalui kegiatan perumusan masalah dan diskusi.
Pembelajaran dengan media AR ini direspon cukup baik oleh para observer yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Para observer berpendapat dengan penerapan media AR peserta didik menjadi lebih antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran dan itu sangat berbeda jika dibandingkan dengan metode ceramah yang selama ini diterapkan oleh beberapa guru. Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran dengan model problem based learning dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah ketersediaan marker virus dan gawai yang support untuk bisa digunakan dalam scanner marker virus, antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran serta kemampuan guru dalam memotivasi dan memfasilitasi peserta didik selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan hasil pembelajaran dengan mengintegrasikan model pembelajaran berbasis masalah dengan media Augmented Reality diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan ketrampilan berfikir kritis peserta didik.
Penulis : Yuli Trisnawati S.Pd,M.Si, MAS Shobrul Ma’arif Surabaya, Tandes Surabaya – Jatim