RadarJateng.com, Pendidikan – Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan Pendidikan pada anak dengan menciptakan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajarnya melalui mengamati, meniru, dan bereksperimen di lakukan berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Oleh sebab itu, pembelajaran anak usia dini khususnya di taman kanak-kanak seharusnya berlangsung dalam situasi yang menyeluruh dan terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari yaitu pembelajaran yang dapat menciptakan anak menjadi aktif, kreatif, efektif, dan efisien serta menyenangkan, pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan anak usia dini adalah dengan bermain.
Menurut Piaget (dalam seefelt, 2008:77), anak usia 3 tahun dan empat tahun dianggap pemikir praoperasional, artinya bahwa mereka hanya percaya pada kinerja konkret obyek bukannya pada gagasan. Pada usia lima tahun anak-anak mulai mengembangkan kemampuan tentang konsep bilangan. Salah satu konsep bilangan matematika yang paling penting dipelajari anak-anajk usia 3-5 tahun adalah pengembangan kepekaan pada blangan, peka pada bilangan berarti lebih dari sekedar menghitung, kepekaan bilangan itu mencakup, pengembangan rasa kuantitas dan pemahan kesesuaian sau lawan satu.
Kemampuan dasar membilang benda dikembangkan melalui pengenalan anak terhadap kemampuan spasialnya, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan bentuk benda dan tempat dimana benda tersebut berada, dan kemampuan berfikirnya adalah berfikir logis. Ketika anak mempelajari tentang membilang benda, secara langsung anak akan mengenal jumlah benda tersebut secara nyata, kemampuan membilang benda tersebut akan dilanjutkan dengan kemampuan mengaitkannya dengan lambang bilangan. Ketika kepekaan anak terhadap bilangan berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada hitung menghitung, menghitung ini akan menjadi landasan bagi pekerjaan dini anak-anak dengan bilangan.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan membilang benda tidak lepas dari factor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Kemampuan berfikir secara logis dan kemampuan spasial dipengaruhi oleh hereditas/ keturunan, factor lingkungan, factor asupan gizi dan factor pembentukan.
Pada kenyataannya banyak orang tua atau guru yang mengajarkan anak tentang membilang benda sebatas hanya menulis saja, padahal banyak hal yang bisa dilakukan diantaranya dengan membuat media sederhana atau alat peraga sederhana dengan menggunakan barang-barang yang ada disekitar kita seperti kardus bekas dan kertas warna dll. Seperti media kantong cerdas berikut ini yang sangat mudah dibuat, alat dan bahan antara lain: kardus bekas, kertas warna, gunting, lem, gambar angka, stick eskrim, gambar ikan.
Cara Membuatnya:
- Potong kardus dengan pola seperti papan
- Lipat kertas warna membentuk kantong
- Lalu tempelkan kantong pada papan kardus
- Kemudian tempel gambar angka pada kantong
- Kemudian tempelkan gambar ikan pada stick eskrim yang akan dimasukkan ke dalam kantong.
Contoh kegiatannya adalah guru menjelaskan tentang dua, maka anak mengambil stick ikan jumlahnya dua, kemudian dimasukkan ke dalam kantong yang ada angka dua.
Cara pengunaannya:
- Guru menunjukkan media kantong cerdas
- Guru menyiapkan beberapa stick ikan yang akan di masukkan ke dalam kantong cerdas
- Guru memberi contoh cara mengambil stick ikan dan memasukkan pada kantong cerdas sesuai dengan lambang bilangan
- Anak mencontoh dan maju satu persatu untuk melakukannya.
Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk perkembangan kognitif yang mengarah pada tahap membilang benda sesuai dengan lambang bilangan, sehingga anak tidak terbebani dalam belajar yang mengharuskan dengan menggunakan buku dan pensil saja.
Semoga info diatas bermanfaat bagi kita semua
Penulis Sulistiani, S. Pd. TK Dharmawanita Persatuan Panggunguni Tulungagung – Jawa Timur