RadarJateng.com,Pendidikan – Dengan kemajuan ilmu dan tekhnologi, guru dituntut untuk semakin maju pula dalam penyajian pembelajaran agar potensi yang ada pada peserta didik dapat benar-benar berkembang dan tergali sesuai dengan kondisi yang ada pada saat ini. Kompetensi peserta didik perlu ditingkatkan agar output yang keluar setelah pembelajaran benar-benar bisa menjawab tantangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut sebelumnya kompetensi guru harus ditingkatkan terlebih dahulu, karena guru yang menjadi penyedia pembelajaran. Dalam rangka upaya untuk meningkatkan kompetensi guru maka pemerintah melaksanakan program pengembangan kompetensi berkelanjutan (PKB ) melalui kegiatan pengembangan kompetensi pembelajaran (PKP) berbsis zonasi dengan tujuan agar pendidik PAUD memilki kemampuan dalam merancang pembelajaran abad 21 .
Untuk para peserta diklat memiliki kewajiban untuk merancang pembelajaran abad 21 pelaksanaan pembelajaran dengan kegiatan HOT. Terdapat enam jenjang yang tersusun mulai dari kemampuan berpikir tingkat rendah (lower order thinking skill) menuju pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill). Kemampuan berpikir tingkat rendah meliputi ranah pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi/penerapan. Sedangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi ranah menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill ) merupakan proses berpikir yang tidak sekedar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru. Secara umum, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang yaitu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, serta memecahkan masalah.
Pada saat mengajar, guru masih banyak menerangkan dari pada menggunakan alat peraga sehingga proses pembelajaran belum efisien dan belum berpusat pada anak. Guru hanya berbekal buku dan tidak pernah menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Selain itu guru tidak memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran dan guru juga kesulitan dalam menerangkan materi yang bersifat kontekstual. Kondisi ini membuat seorang guru kesulitan dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi bagi siswanya dalam proses pembelajaran.
Untuk itu diperlukan alat peraga dan kegiatan yang menarik serta merangsang anak untuk brerfikir tingkat tinggi. Berangkat dari hal tersebut sebagai salah satu upaya guru untuk mencapai tujuan itu, maka penulis mengambil salah satu dari berbagai kegiatan yang dilakukan di lembaga untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Kegitan tersebut yakni membuat kolase huruf j dari kata jagung dengan media jagung kering.
Penulis : Siti Mahmudah, S. Pd, TK Khirul Mala, Kalideres – Jakarta Barat