RadarJateng.com, Pendidikan – Siswa TK adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Anak tersebut adalah anak yang periang dan imajinatif. Mereka tidak hentinya bergerak dan berbuat sesuatu. Selain itu pada usia tersebut anak selalu ingin bergerak, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, senang bereksperimen dan mampu mengekpresikan diri secara kreatif, serta mempunyai imajinasi dan senang bicara (Moeslichatoen, 1999:10). Metode bermain peran termasuk dalam metode pembelajaran yang diterapkan pada jenjang pendidikan anak usia dini. Metode pembelajaran itu sendiri memiliki pengertian sebagai berikut: metode pembelajaranadalah cara guru mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa supaya terjadi proses belajar secara efektif. Metode pembelajaran sendiri merupakan salah Saturday komponen dari strategi pembelajaran.
Dalam strategi pembelajaran terdapat empat komponen penting, yaitu: (1) Urutan kegiatan pembelajaran, (2) Metode pembelajaran, (3) Media pembelajaran, dan (4) Waktu yang diperlukan dalam pembelajaran. Menurut Atwi (1997:157) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah perpaduan antara keempat komponen yang telah ditentukan. Sedangkan dalam bukunya Surjana (1989:97) mengertikan metode bermain peran adalah suatu cara pembelajaran yang menyajikan situasi permasalahan yang diperagakan secara singkat dengan menekankan pada karakter atau sifat orang. Sedangkan menurut Sudirman (1991:158), metode bermain peran adalah penyajian materi pembelajaran dengan menggunakan situasi tiruan atau berpura-pura untuk memperoleh suatu pemahaman tentang hakekat tentang suatu konsep, prinsip atau keterampilan tertentu.
Sementara itu Moedjiono dan Dimyati (1992:81) menyatakan bahwa metode bermain peran dapat diartikan sebagai cara belajar dengan memainkan peransecara spontan dari situasi, kondisi, atau keadaan oleh anggota kelompok belajar yang terpilih. Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode bermain peran merupakan suatu cara pembelajaran yang menyampaikan peran belajar dalam bentuk permainan yang memberi kebebasan anak didik untuk mengembangkan imajinasi dan penghayatan terhadap peran serta sifat dari toko yang dimainkan, adapun contoh permainan dalm bermain peran adalah bermain peran sebagai penjual-pembeli, ayah-ibu, pak pos, polwan, guru, dan sebagainya.
Terdapat dua (2) jenis bermain peran, antara lain:
- Bermain Peran Makro
- Bermain Peran Mikro
Metode bermain peran makro, anak bermain sesungguhnya dan menjadi seseorang atau sesuatu. Serta menggunakan alat sesuai benda aslinya seperti sesungguhnya. Misalnya anak berperan sebagai perawat, ia akan menggunkan pakaian, topi dan bertingkah laku seakan- akan dirinya adalah seorang perawat. Menurut Montesorri lingkungan bermain anak haruslah merupakan tempat yang menyenangkan (loving area),tempat kondusif (nourishing), untuk membantu perkembangan, tempat dimana guru atau orang dewasa dapat mengobservasi perkembangan mereka dan membuat perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka.
Menurut Moedjiono dan Dimyati (1992:82) mengemukakan tujuan dari metode bermain peran adalah :
- Mendorong partisipasi
- Memperingati keterampilan-keterampilan membuat keputusan
- Membantu mengembangkan sikap siswa
- Mengembangkan persuasi dan komunikasi
- Memperkenalkan kepada siswa tentang perasaan dan kepemimpinan
Tujuan dari bermain peran ini adalah dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak.Sehingga anak dapat bersosialisasi dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga artikel yang saya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis Eka Suyuniarti Ningsih, S. Pd. TK MARGODADI, Surabaya – Jatim