RadarJateng.com, Pendidikan – Anak-anak menggunakan berhitung untuk menunjukkan pengetahuan tentang nama bilangan dan sistem bilangan (Wikipedia, The Free Encyclopedia, 2009). Untuk anak-anak yang tidak mengerti angka, tidak masuk akal untuk menghitung satu, dua, tiga, dll terlebih dahulu. Anak-anak bisa mengucapkannya tetapi tidak mengerti apa artinya. Ketika anak mulai berbicara, anak dapat mengatakan satu, dua, tiga, dst, hanya meniru orang dewasa di lingkungannya, tidak mengerti apa maksudnya. Dia tidak tahu bahwa angka adalah simbol kuantitas benda. Kita dapat mengamati ini ketika seorang anak berusia dua tahun menghitung benda. Untuk anak yang belum paham angka, berhitung bisa dimulai dari mana saja, terkadang mengulang angka yang sudah dihitung, tidak bisa diurutkan apalagi terkadang benda tidak dihitung dengan angka.
Piaget (1972) percaya bahwa anak-anak TK berada pada tahap pra-operasional dari perkembangan konkrit. Anak-anak pada tahap ini belajar paling baik dari benda-benda nyata. Oleh karena itu, orang tua dan guru dapat mengenalkan angka kepada anak dengan menggunakan benda (Slamet Suyanto, 2008). Kemampuan anak usia tiga dan empat tahun untuk menghitung, yaitu: Menghitung jumlah lembar yang dibutuhkan untuk seni, menempatkan barang-barang yang diperlukan di sudut-sudut, mengatur balok untuk struktur balok bangunan, menghitung bantal yang dibutuhkan untuk kursi atau kelompok, dan Benda ditempatkan sesuai ke posisi mereka.
Pengalaman mengatakan anak berusia lima dan enam tahun adalah yang paling berpengalaman. Keterampilan berhitung anak usia 5 dan 6 tahun, yaitu: Menghitung jenis peralatan luar ruang, mencatat jumlah benda sehingga semuanya dapat diletakkan pada tempatnya, menghitung berapa banyak anak yang tidak hadir setiap hari dan membandingkan bulan, menghitung apa yang dibutuhkan untuk kelas proyek jumlah lembar, kemudian kalikan untuk mengetahui berapa lembar kertas yang dibutuhkan untuk kedua proyek, kemudian hitung angka 2-5-10.
Anak usia tujuh dan delapan tahun dapat menghitung, mencatat, dan membandingkan angka yang relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka, dan mereka belajar berhitung dengan angka tiga dan empat.
Pada perkembangan zaman dan situasi yang berubah-ubah menjadi tuntutan bagi seorang guru untuk menjadi guru yang terampil dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran selain itu guru dituntut untuk mampu dalam menggunakan IT sehingga dapat menunjang guru dalam kegiatan pembelajaran. pembelajaran yang monoton akan membuat anak didik jenuh dan kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.bahasa tubuh guru yang masih kaku, penyajian pembelajaran yang kurang menarik, minimnya alat peraga yang tersedia sehingga dalam kegiatan pembelajaran guru maupun anak kurang semangat dan bahkan cenderung membosankan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya membuat anak didik menyepelekan pelajaran dan akibatnya proses belajar terhambat.
Pada kenyataannya, Kemampuan berhitung angka merupakan salah satu kemampuan yang diajarkan di PAUD dan merupakan kemampuan dasar yang krusial, terutama pada anak usia 5-6 tahun yang beradapada level TK B karena mereka akan segera masuk ke jenjang pendidikan sekolah dasar.Permasalahannya media dan metode yang menarik serta menyenangkan dalam pembelajaran berhitung angka masih terbatas, di mana anak terutama yang memiliki kecerdasan kinestetik atau kecerdasan gerak mengalami kesulitan untuk bisa duduk diam dan mengikuti pembelajaran berhitung dengan tenang. Akibatnya kemampuan mereka dalam berhitung angka cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan teman sekelas lainnya. Permainan roda putar dirancang dengan harapan dapat menjadi salah satu media permainan yang mampu mengembangkan kemampuan membilang angka pada anak usia 5-6 tahun. Hasil uji coba terbatas yang dilakukan di kelas B TK AL-FA JRI menunjukkan peningkatan kemampuan membilang anak usia 5-6 tahun setelah bermain roda putar.