RadarJateng.com, Pendidikan – Sebagian besar dari kita bertanya – tanya apa autisme itu? Autisme atau anak autisi adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan neurobiologis yang berat sehingga menimbulkan masalah dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Gangguan ini biasanya dimulai dalam 3 tahun pertama kehidupannya dan akan berlanjut selama hidupnya apabila anak autisi tersebut tidak diintervensi. Pentingnya intervensi dini, sangat berpengaruh terhadap aspek perkembangan anak autisi.
Menurut Dr. Rudy Sutadi,SpA, MARS,SpdI (2015) penyebab dari anak autisi adalah multifaktor yakni tidak tunggal. Namun dasarnya adalah genetik (resesif). Faktor pencetusnya antara lain: infeksi virus (rubella, sitomegalovirus, candida) ketika di dalam kandungan, bahan kimia, logam berat (Pb,Hg), vaksin dan lain-lainya.
Anak autisi memang ada kelainan di otaknya. Gejalanya terlihat pada perilaku sang anak. Anak autisi pada usia dini memiliki kemampuan dan perilaku yang sangat bervariasi. Kenyataan yang ada di lapangan, antara lain : Ada anak autisi yang sangat hiperaktif dan belum bicara sama sekali mulai usia 2 th, ada anak autisi yang hiperaktif dan berbahasa “planit” (babling dan meracau), ada anak autisi yang hiperaktif dan bisa berbicara namun belum bisa dua arah, di sisi lain ada anak autisi yang bicaranya hanya meniru atau mengulang kata-kata (ecolallia) tanpa memahami maknanya.
Dari fakta yang ada di lapangan, menunjukkan bahwa anak autisi bukan anak yang tidak bisa belajar, mereka memiliki pola belajar yang berbeda – beda karena kondisi mereka memang berbeda. Anak autisi tidak memiliki ketertarikan untuk interaksi sosial dengan orang yang ada di sekitarnya. Mereka tidak termotivasi untuk mempelajari hal –hal baru sedangkan anak normal belajar dari lingkungan dan interaksi sosial. Lalu, bagaimana cara mengarahkan anak autisi untuk belajar? Salah satunya dengan metode ABA (Applied Behavior Analysis) yaitu metode yang sangat efektif untuk pengajaran anak autisi. Karena metode ini sangat sistematis, terukur dan terstruktur sehingga dengan metode ini, memudahkan guru maupun orang tua untuk melihat progres perkembangan anak autisi melalui prosentase hasil penilaian pada lembar penilaian. Metode ini diawali dengan stimulus atau ransangan dan diakhiri dengan imbalan atau reward. Intervensi yang dilakukan untuk anak autisi usia dini harus secara konsisten, tepat, intensif dan optimal baik di sekolah maupun di rumah. intervensi dini yang terbaik dimulai sejak usia sebelum 3 tahun dengan durasi waktu 40 jam per minggu.
Kurikulum awal dalam metode ini yaitu latihan kontak mata dengan arahan “LIHAT” dan latihan kepatuhan dengan arahan kepatuhan lisan yaitu “ DUDUK MANIS”, “TANGAN KE BAWAH”, “TANGAN DILIPAT”. Ketika kontak mata dan kepatuhan sudah terbentuk, anak autisi sudah bisa diinstruksi dan siap untuk belajar.
Supaya kepatuhan anak autisi terbentuk dengan mudah dan anak autisi mampu mengikuti semua perintah, maka anak autisi juga harus diterapkan diet dari makanan, diet dari bahan kimia dan diet dari benda – benda elektronik (gadget).
1. Diet makanan
Anak autisi harus diet dari makanan yang mengandung kasein, gluten, sugar dan phenol tinggi.
a. Makanan yang mengandung kasein antara lain susu sapi, susu kambing, susu kuda, susu beras, susu kedelai / soya, es cream, keju, yogurt, yacult dan lainnya.
b. Makanan yang mengandung gluten antara lain terigu, gandum dan oat.
c. Makanan yang mengandung sugar antara lain gula pasir, gula merah, gula aren, gula jagung, gula stevia, madu, kurma dan lain – lain.
d. Makanan yang mengandung phenol tinggi antara lain makanan yang mengandung pewarna, perasa, pengawet, saos tomat dan MSG. Adapun buah-buahan yang mengandung phenol tinggi antara lain apel, jeruk, pepaya, anggur, buah naga merah, pisang, mangga dan lain-lain.
2. Diet bahan kimia
Anak autisi harus diet dari bahan kimia antara lain pewangi ruangan, hand body, parfum, dan obat nyamuk.
3. Diet dari benda – benda elektronik (gadget)
Anak autisi harus diet dari benda elektronik antara lain HP, Ipad, Game, TV, Komputer dan semua gadget.
Dari paparan diet yang harus dijalankan oleh anak autisi di atas, maka ketika menerapkan diet untuk anak autisi , orang tua harus melakukan dengan cara rotasi makanan. Menu makanan yang diberikan hari Senin boleh diberikan kembali setelah selang minimal 4 hari. Itulah yang dinamakan rotasi makanan. Setiap hari orang tua harus mencatat perilaku apa saja yang muncul setelah anak autisi mengkonsumsi menu makanan tersebut. Apabila anak autisi lebih tenang, duduk manis dan patuh, maka menu makanan tersebut aman untuk anak autisi dan diperbolehkan untuk diberikan kembali setelah selang waktu minimal 4 hari. Dan apabila anak autisi lebih aktif, tantrum, tertawa sendiri dan kadang menangis sendiri tanpa sebab, maka orang tua harus menghilangkan menu makanan tersebut. Inilah yang dinamakan eliminasi makanan.
Anak autisi memang berbeda-beda satu sama lain, meskipun diberikan makanan yang diperbolehkan, tetapi berdampak buruk terhadap perilaku anak autisi tersebut maka harus dieliminasi. Jadi, menu makanan anak autisi tidak bisa disamakan. Intervensi dini dan penerapan diet untuk anak autisi ini merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan demi kesembuhan anak autisi yaitu anak autisi mampu sekolah umum dan bisa hidup mandiri di masyarakat tanpa adanya perbedaan dengan orang lain. Kita sebagai guru, terus berjuang, berusaha dan berdo’a demi kesembuhan anak autisi karena saya yakin “AUTISM IS CURABLE INSHA ALLAH”.
Penulis : Lilik Jumiarsih,S.Psi, TK Cakra Autisme Surabaya – Jawa Timur