RadarJateng.com, Pendidikan – Anak usia dini adalah mereka yan berusia dibawah 6 tahun termasuk yang berada dalam kandungan yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik,mental,kepribadian dan intelektualnya baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini. Menurut Mansur (2005:88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Menurut Glen Dolman,ahli perkembangan kemampuan anak ,menyatakan bahwa perkembangan yang paling pesat terhadap otak manusia terjadi pada usia 0-7 tahun.Dinyatakan pula bahwa perkembangan otak pada usia dini bisa di capai secara mksimal apabila diberikan rangsangan yang tepat terhadap unsur-unsur perkembangan baik rangsangan motorik,rangsangan terhadap perkembangan intelektual rangsangan terhadap perkembangan sosial-emosional dan rangsangan untuk berbicara.B idang pengembangan pembentukan perilaku meliputi nilai agama dan moral serta sosial emosional. Sedangkan pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan bahasa, kognitif, dan fisik atau motorik yang terlibat dalam pembelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Anak usia dini disebut dengan usia emas (golden age) di mana perkembangan dan pertumbuhan berkembang sangat pesat. Salah satunya ialah perkembangan fisik motorik. Agar perkembangan fisik motorik anak berkembang dengan baik maka dibutuhkan stimulasi yang tepat sesuai dengan tahapan usianya.
Slamet Suyanto (2005: 50) mengungkapkan bahwa keterampilan motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah aktivitas fisik (jasmani) dengan menggunakan otot-otot besar, seperti otot lengan, otot tungkai, otot bahu, otot pinggang dan otot perut yang dipengaruhi oleh kematangan fisik anak. Sujiono menyatakan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
Olvista menyatakan kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Secara garis besar tujuan pengembangan motorik halus untuk anak usia 4 – 6 tahun adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya dan terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis. Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak.
Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya. Tujuan motorik halus adalah untuk membuat anak bisa berkreasi seperti menggunting. Menggunting adalah kegiatan memotong dengan menggunakan alat gunting. Kegiatan menggunting sudah di perkenalkan sejak anak usia dini, yaitu sekitar 4 tahun. Menurut Depdiknas 2010 menggunting adalah salah satu aktivitas atau kegiatan memotong yang melibatkan dan membutuhkan koordinasi antara mata,tangan dan konsentrasi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menggunting adalah suatu keterampilan mengoprasikan alat gunting untuk memotong suatu benda.
1.Perkuat otot-otot ditangan dan jari
Pertama, penting untuk membangun otot-otot di tangan dan jari si Kecil. Pilih beberapa aktivitas menyenangkan yang berfokus pada meremas tangan dan menggunakan jari, kegiatan ini juga akan mulai membangun koordinasi mereka. Kegiatan dapat seperti bermain bola squishy, menggunakan penjepit makanan untuk mengambil sesuatu, bermain dengan mainan semprotan air, bermain dengan boneka jari, dan merobek kertas menjadi potongan-potongan. Permainan ini juga dapat membangun ketangkasan dan keterampilan motorik halusnya.
2. Melakukan permainan yang dapat meningkatkan koordinasi tangan – mata.
Seperti yang Mama ketahui, memotong dengan gunting mengharuskan kita untuk menggunakan kedua tangan. Secara bersamaan, anak juga harus menggunakan mata untuk melihat apa yang mereka potong agar bisa memotongnya seperti yang diharapkan. Kegiatan untuk membangun keterampilan koordinasi tangan dan mata sebelum memotong, termasuk merobek kertas menjadi potongan-potongan kecil, main lempar tangkap bola, puzzle, dan menyusun balok bangunan.
3. Membangun koordinasi bilateral
Koordinasi bilateral mengacu pada penggunaan kedua sisi tubuh secara bersamaan saat tangan melakukan hal yang berbeda. Koordinasi ini perlu dikembangkan sebelum si Kecil menggunakan gunting. Ketika anak mengugnakan gunting, ia harus memegang kertas dengan satu tangan sambil memotong dengan gunting dengan tangan lainnya, mungkin sambil mengikuti garis. Nah kegiatan yang dapat Mama lakukan dengan balita untuk mengembangkan koordinasi bilateral adalah melubangi kartu dengan punch-hole atau menjepit kertas dengan jepitan.
4. Menemukan gunting yang tepat sesuai anak.`
Ketahuilah bahwa sebagian besar anak-anak sudah siap menggunakan gunting sekitar usia 2 atau 3 tahun, sehingga Mama perlu mencari gunting dengan pengaman yang sangat ideal untuk anak balita. Selain itu penting untuk menemukan gunting dengan ujung yang tumpul, tetapi cukup tajam untuk memotong dan tidak sekadar melipat kertas. Kemudian cobalah untuk mencocokkan ukuran gunting dengan ukuran tangan anak. Jangan lupa untuk memilih gunting tangan kanan atau tangan kiri berdasarkan tangan dominan yang digunakan anak saat menulis atau menggambar.
5. Mengenalkan gunting dan menjelaskan keamananya.
Sebelum memberikan gunting pada anak, Mama dapat menunjukkan gunting dan menjelaskan keamanannya. Di sini, penting untuk sering mengulang-ulang kalimat yang harus ditegaskan pada anak. Misalnya dengan dasar-dasar seperti tujuan gunting. Gunting adalah untuk memotong kertas dan tidak ada yang lain. Selanjutnya anak tidak dapat menggunakan gunting tanpa orang dewasa, sampai ia sudah siap melakukannya sendiri. Selain itu, selalu ingatkan anak agar tidak pernah berjalan dengan gunting di tangannya.
6. Mengajarkan anak posisi jari saat menggunakan gunting.
Ketika Mama merasa kekuatan dan koordinasi tangan dan jari anak sudah cukup meningkat, inilah saatnya untuk membiarkannya memegang gunting sendiri. Ajari anak untuk memegang gunting dengan benar dengan meminta anak untuk melihat Mama menggunakan gunting. Tunjukkan pada si Kecil bagaimana cara memegang gunting, dan minta ia untuk mencoba mengikutinya. Jika anak tidak bisa sendiri, bantu pindahkan jari-jarinya ke posisi yang tepat. Ibu jari selalu masuk ke dalam satu lubang, kemudian jari telunjuk dan jari tengah berada di lubang yang lebih besar. Ingatkan anak untuk menjaga ibu jarinya menghadap ke atas, sedangkan jari telunjuk dan jari tengah yang melipat.
7. Mulailah memotong sesuatu yang sederhana.
Mama dapat membuat garis di kertas, si sedotan, atau di tali, dan mintalah anak untuk memotongnya. Setelah anak berhasil melakukannya, pujilah usahanya. Perlu diingat bahwa si Kecil mungkin belum terlalu tepat menggunting garisnya. Selain itu, temukan cara untuk membuatnya menyenangkan dan biarkan anak berkreasi, dengan memotong kertas berwarna, benang, dan bahan lainnya. Menggunakan gunting bisa menjadi cara lain bagi anak untuk mengekspresikan diri, sambil membangun keterampilan motorik yang penting.
Itulah 7 upaya yang dapat Mama lakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan menggunting. Si Kecil akan belajar dan tumbuh selama tahun-tahun ini. Mereka perlu belajar banyak melalui permainan dan pengulangan.
Ketika anak berkembang secara mental dan fisik, ia membutuhkan banyak latihan, kesabaran, dan dorongan. Bantu anak mengembangkan keterampilan motorik halusnya dengan mengajari mereka menggunakan gunting dengan aman.
Tahap-Tahap Menggunting
Dalam proses pembelajaran pastilah ada tahapan-tahapan yang harus dilalui. Adapun Tahap kecakapan menggunting pada Anak Usia Dini menurut Hurlock 1993:164 antara lain: a Usia 3 – 4 tahun: anak sudah dilatih memegang gunting dan dapat menggunting dengan cara benar. b Usia 4 – 5 tahun: sanggup dengan mengikuti garis lurus atau garis lengkung. c Usia 5 – 6tahun: bisa menggunting bentuk lingkaran, segitiga atau segiempat. Tahapan-tahapan menggunting anak yang normal akan dimulai dari usia tiga tahun hingga enam tahun.
Manfaat Belajar Menggunting
Menurut Kimberly Wiggins 2005 dalam The Important Teaching Your Child How To Use Scissors, beberapa menfaat yang diperoleh bila anak diberi kesempatan belajar menggunting, antara lain: a Menguatkan otot-otot telapak tangan anak karena melakukan gerakan membuka dan menutup tangan. Otot yang kuat akan membantu anak saat menulis, menggambar, memegang sesuatu dengan menggenggam. b Meningkatkan koordinasi mata dengan tangan, karena saat menggunting pandangan harus selalu mengikuti gerakan tangan yang memegang gunting. Hal tersebut, merupakan pekerjaan yang sulit. Menurut Dra. Sandra Talogo, Psi. MSc, 1998 dari Spectrum Treatment And Education Centre, Bintaro Banten ada banyak manfaat yang akan didapat oleh anak melalui kegiatan menggunting.
Beberapa diantaranya adalah: a Melatih motorik halus yaitu dengan menggerak-gerakkan gunting mengikuti alur guntingan kertas. b Melatih koordinasi tangan-mata, dan konsentrasi yaitu untuk merangsang pertumbuhan otak yang lebih maksimal, mengingat diusia ini merupakan masa pertumbuhan otak yang sangat pesat. c Meningkatkan kepercayaan diri yaitu ketika anak berhasil menggunting dia akan melihat hasilnya dan ini merupakan reward pontir yang akan meningkatkan kepercayaan dirinya untuk melakukan kegiatan itu kembali. d Lancar menulis yaitu gerakan-gerakan halus yang dilakukan saat latihan manggunting, kelak akan membantu anak lebih mudah belajar menulis. e Ungakapan ekspresi yaitu menggunting dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan ekspresi dari kreatifitas anak. f Mengasah kognitif: yaitu koordinasi mata dan tangan pada kegiatan menggunting akan menstimulus kerja otak, sehingga kemampuan kognitif anakpun akan makin terasah.
Penulis : Supiyani, S.Pd, Tk Islam Al- Jihad, Johar Baru Jakarta Pusat