RadarJateng.com, Pendidikan – Selama kurang lebih 2 tahun terakhir ini, Indonesia sedang mengalami masa pandemi covid-19. Hal tersebut berdampak pada berbagai aspek kehidupan terutama bidang pendidikan. Indonesia menghadapi loss learning selama masa pandemi. Para pendidik dituntut untuk mampu merangkul semua peserta didik dari berbagai latar minat dan kemampuan agar pembelajaran tetap berlangsung dengan baik.
Begitu pula pada aspek penilaian/asessmen. Perlu adanya langkah pengembangan pendidikan, salah satunya dengan melakukan suatu asesmen yang ekstensif pada suatu penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut perlu dilakukan dalam upaya mengetahui sejauh mana peserta didik dapat menyerap, memahami dan mengaplikasikan apa yang telah disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran ke kehidupan sehari-hari.
Asesmen dapat diartikan sebagai upaya untuk menentukan, mengumpulkan data/informasi, memproses dan mendokumentasikan dari sebuah objek kajian untuk mengetahui sejauh mana tujuan, kriteria dan capaian tertentu.
Dalam konteks asesmen ini, perlu adanya lingkup yang lebih luas dalam hal proses pengambilan data /informasi agar dalam penilaian dan evaluasi nantinya dapat menciptakan suatu hasil yang maksimal. Tentunyahal tersebut harus memperhatikan serta mengembangkan instrumen asesmen yang telah ada, yakni tes dan non tes/inventori. Apalagi jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, tentunya harus bisa mencakup semua aspek penting yang tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan atau kognitif.
Pada proses pembelajaran masa dahulu, assesmen yang dilakukan pendidik/guru lebih cenderung dilhat dari aspek kognitifnya atau pengetahua saja. Guru kurang memberikan penilaian mendalam dan detail pada aspek performa lain dari peserta didiknya. Padahal asesmen seyogyanya mencakup 3 aspek penting, yakni pengatahuan (kognitif), sikap (afektif) dan kemampuan/keterampilan (psikomotor). Ketiga hal tersebut menjadi sesuatu yang urgent dalam memaksimalkan hasil asesmen dalam upaya pengembangan pendidikan dan penyesuaian metode pembelajaran. Dengan adanya asesmen autentik dapat menjadi sebuah terobosan dalam memperluas cakupan dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran. Teknik yang digunakan dalam asesmen autentik dapat menilai peserta didik secara utuh dan menyeluruh.
Dalam lingkup pembelajaran, asesmen autentik dapat diartikan sebagai suatu proses yang melibatkan berbagai pengukuran terhadap kinerja yang mencerminkan pembelajaran siswa, prestasi, motivasi dan sikap pada aktivitas yang relevan di dalam pembelajaran. Contoh dari asesmen autentik, yakni penilaian kinerja, portofolio dan penilaian diri.
Penerapan asesmen autentik begitu penting di pembelajaran sekolah dasar, karena peserta didik dapat melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan seperti di lingkungan masyarakat atau lebih melakukan kegiatan langsung di lapangan. Mungkin, hal ini terdengar sedikit memberatkan bagi anak sesusia SD. Tetapi, hal ini sangat perlu untuk dilakukan dan sebenarny bisa diwujudkan melalui kegiatan atau praktek sederhana, misalnya membuat kerajinan tangan berbahan dasar kertas, belajar berbicara di depan kelas, melakukan piket kelas, membuat majalah dinding, membuat pentas seni kelas dan masih banyak lagi. Hal ini bertujuan agar anak-anak mampu mengimplementasikan keterampilan mereka dan mampu memecahkan masalah otentik di kehidupan nyata. Peran guru disini sangat penting agar peserta didik bisa lebih mudah mengutip ilmu dari apa yang telah dilakukan dan yang paling penting, mereka dapa mengembangkan kemampuan berpikir.
Adapun kelebihan lain dari asesmen autentik, yaitu peserta didik dapat menstruktur dan mengontruksi sendiri tugasnya, serta lebih mengutamakan fakta dan bukti langsung, sehingga peserta didik dapat memahami dan mengamati secara langsung objek belajar yang ada.
Selanjutnya, jika dikaitkan dengan sistem pembelajaran sekarang yang masih menganut Kurikulum 2013 yakni tematik terpadu yang menyatukan beberapa mata pelajaran dalam suatu tema, lebih memberikan pengalaman langsung, bersifat fleksibel dan mudah dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Tentunya, karakteristik sistem pembelajaran tematik terpadu ini begitu relevan jika dikaitkan dengan asesmen autentik yang mengedepankan pada pengaplikasian kemampuan pada lingkungan secara langsung.
Penutup : Nuril Qurroti A’yun, S. Pd, SD Negeri Mulyorejo 3, Kota Malang – Jatim