RadarJateng.com, Pendidikan – Bermain merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh anak usia dini setiap hari, sepanjang waktu mereka terjaga. Proses belajar pun dilakukan dengan bermain. Bermain adalah hak melekat yang dimiliki oleh setiap anak, tanpa terkecuali. Bermain penting bagi kehidupan anak, seperti halnya kebutuhtuhan untuk beristirahat dan beraktivitas secara kreatif sesuai dengan minat mereka. Hal ini pun ditegaskan dalam UU Perlindungan Anak No. 23/2002 Pasal 11 menyatakan bahwa “setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain dan berkreasi dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri”
Karakteristik bermain antara lain: (a) menyenangkan (b) motivasi intrinsik (c) non literal (d) fleksibilitas dalam aturan (e) episodik, (f) kominikatif, (g) berorientasi pada proses, (h) bermakna. Anak perlu melakukan kegiatan bermain dengan banyak pengalaman baru agar mendapatkan informasi berharga. Anak menggunakan alat permainan dan gerakan tertentu untuk menunjukkan bagaimana pemahaman mereka terhadap objek dan pengalamannya di dunia nyata.
Manfaat dan fungsi bermain bagi anak usia dini terutama pada proses tumbuh kembang anak. Kegiatan bermain dapat memberikan manfaat secara fisik karena bermain dianggap sebagai aktivitas yang dapat menggerakkan badan anak. Bermain juga dianggap sebagai kegiatan yang menyalurkan kegemaran atau kesukaan yang dimiliki sehingga bermanfaat dalam menjadi sebuah proses relaksasi yang akan membantu perkembangan sosial emosional anak.
Bagi guru atau orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak, bermain dapat dikatakan sebagai cara untuk mendidik anak. Banyak orang dewasa yang bermain bersama anak, bukan karena kelebihan waktu, tetapi lebih karena ingin mendidik anak. Orang dewasa bermain kartu kata, bermain boneka, bermain ular tangga, dan bermain lompat tali bersama anak, adalah karena mereka ingin menanamkan kebersamaan, sportivitas, dan mengembangkan kemampuan anak memahami aturan bermain yang lebih baku.
Bermain membantu anak memahami penggunaan bahasa sesuai dengan konteksnya. Anak akan menggunakan kosa kata yang memiliki hubungan dengan kata-kata sesuai dengan main peran yang dilakukan. Bermain juga berperan aktif dalam perkembangan fisik motoriknya baik motoric halus maupun motoric kasar. Bermain juga mendukung aspek social emosional anak karena anak akan belajar untuk mendampingi, meminjam alat main dan kemudian bekrja sama. Peran guru dalam bermain anak menurut Rachel adalah sebagai : (a) pengamat (b) pemberi pijakan (c) teman bermain (d) pemimpin bermain
Penulis : Anik Mulyati, S.Pd TKIT Al Qudwah, Kec. Ngadirejo, Temanggung – Jateng