Metode Eksperimen Permainan Warna Melalui Kertas Mika.

Metode Eksperimen Permainan Warna Melalui Kertas Mika di TK PKK II Jl.Cempaka Desa Wonorejo Kec.Wonorejo Kab.Pasuruan

RadarJateng.com, Pendidikan Dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak, salah satu aspek penting yaitu kemampuan untuk mengenal suatu objek termasuk dalam mengenal warna. Mengenal warna akan membantu anak untuk dapat menyebutkan warna, mampu menyampaikan hasil percobaan tentang warna yang dilakukan anak, dan mampu mengelompokkan warna. Pengenalan warna untuk anak usia 3-4 tahun yaitu berada pada mengenal 5-7 macam warna (Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009).

Kemampuan kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Menurut Abdurrahman kemampuan kognitif berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.1 Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.

Sedangkan menurut Ahmad Susanto bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.2 Kemampuan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar.

Read More
Metode Eksperimen Permainan Warna Melalui Kertas Mika

Husdarta dan Nurlan berpendapat bahwa perkembangan kognitif adalah suatu proses terus menerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan (kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya.3 Anak akan melewati tahapan-tahapan perkembangan kognitif atau periode perkembangan. Setiap periode perkembangan, anak berusaha mencari keseimbangan antara struktur kognitifnya dengan pengalaman-pengalaman baru. Ketidakseimbangan memerlukan pengakomodasian baru serta merupakan transformasi keperiode berikutnya. Kognitif lebih terkait dengan kemampuan anak untuk menggunakan otaknya secara menyeluruh. Kemampuan yang termasuk dalam aspek kognitif sangat banyak dan cakupannya pun sangat luas.4

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. Kemampuan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak dapat melangsungkan hidupnya.

Kemampuan mengenal warna disesuaikan dengan kemampuan anak usia dini. Tujuan dari pengenalan warna yaitu sebagai dasar bagi pengetahuan anak mengenai pengetahuan selanjutnya yang akan menjadi bekal pengetahuan bagi anak. Hal ini sesuai dengan tahapan dari perkembangan kognitif Piaget yang menyatakan bahwa anak usia 3-4 tahun berada pada tahap praoperasional yang mulai mengenal beberapa simbol dan meningkat pada tahap selanjutnya yaitu mampu memecahkan persoalan sederhana secara konkrit. Mengenal simbol 3 warna akan memberikan bekal bagi anak pada tahap selanjutnya yaitu untuk memecahkan persoalan sederhana yang berhubungan dengan warna secara konkrit. Maka dari itu, pembelajaran dalam pengenalan warna menjadi penting bagi anak dan pembelajarannya disesuaikan dengan tahap dan karakteristik belajar anak

Karakteristik belajar bagi anak usia dini yaitu belajar yang melibatkan anak secara langsung dan belajar sambil bermain. Namun, pada kenyataannya teori belajar yang digunakan oleh guru pada umumnya adalah teori behavioristik. Teori behavioristik berpandangan bahwa belajar merupakan pembentukan tingkah laku dan pentingnya masukan atau stimulus dan keluaran atau respon (C. Asri B., 2002: 27). Salah satu kelemahan dari teori behavioristik yaitu menekankan pada siswa sebagai subjek dan menciptakan verbalisme yang mengandalkan pada ingatan anak. Hal ini tampak pada sekolah-sekolah umum di mana dalam pembelajaran guru cenderung memberikan nama-nama warna dan menunjukkan warna. Sehingga kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan percobaan sederhana dalam mengenal warna.

Penulis : Dewi Wahda Khikmatus Sakdeya,S.Pd, TK PKK II Jl.Cempaka Desa Wonorejo Kec.Wonorejo Kab.Pasuruan – Jatim

Related posts