RadarJateng.com, Pendidikan – Metode bercerita merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam pendidikan di PAUD/ TK. Metode bercerita dianggap efektif untuk menjadi pengantar bagi guru dalam memberikan informasi secara menyenangkan kepada anak. Secara umum bercerita atau mendongeng adalah suatu bentuk sastra lisan dari mulut seorang pencerita kepada sekelompok pendengar (Tressyalina, 2008: 84).
Istilah metode bercerita dimaknai suatu pemberian pengalaman belajar dengan membawakana cerita kepada anak secara lisan Moeslichatoen (2004: 157). Cerita yang dibawakan oleh guru harus sesuai dengan tujuan pendidikan bagi anak tapi harus tetap dikemas dengan menarik agar dapat mengundang perhatian anak.
Beberapa teknik penyajian cerita yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam bercerita, yaitu 1) bercerita dengan alat peraga dan 2) bercerita tanpa alat peraga. Bercerita dengan alat peraga adalah bentuk penyajian cerita dengan menggunakan berbagai alat bantu. Beberapa alat bantu yang dapat digunakan adalah buku, gambar, boneka, papan flanel, dan film bisu. Semua alat peraga membutuhkan keterampilan tersendiri yang memungkinkan penggunaan alat peraga berfungsi secara optimal. Sedangkan bercerita tanpa alat peraga adalah cerita langsung yang bisa dilakukan oleh guru tanpa bantuan alat apapun kecuali diri guru itu sendiri Musfiroh (2005: 141).
Bahasa merupakan bentuk komunikasi baik berupa lisan, tertulis atau tanda- tanda yang didasarkan pada sistem simbol (Santrock, 2010). Bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak memiliki beberpa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya (Dhieni, dkk, 2007). Pada usia Taman Kanak- Kanak, anak berada pada masa ekspresif, fase ini diawali dengan kemampuan anak dalam mendengar dan merekam bahasa serta percakapan yang didengar (Papalia dan Olds dalam Jamaris, 2005: 182).
Bahasa memiliki empat keterampilan yang merupakan caturtunggal, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. (Tarigan, 1994: 2). Menyimak bermakna mendengarkan dengan baik- baik apa yang diucapkan atau dibaca orang (KBBI, 2005: 1066). Lebih lanjut Wibowo (2007) menjelaskan bahwa menyimak merupakan kegiatan aktif yang dilakukan oleh seseorang untuk menangkap suatu informasi kemudian informasi tersebut diproses dan diolah. Hal ini berarti bahwa menyimak bukan hanya seseorang mendengar sesuatu kemudian diam dan tidak melakukan apapun, akan tetapi apa yang didengar tersebut langsung diproses secara aktif dan dihubungkan dengan pengetahuan awal yang dimiliki.
Menurut Dhieni, dkk (2007: 4.6) menyimak memiliki beberapa fungsi, yaitu 1) menjadi dasar belajar, 2) menjadi dasar pengembangan kemampuan bahasa tulis, 3) menunjang keterampilan berbahasa lannya, 4) memperlancar komunikasi lisan, dan 5) menambah informasi atau pengetahuan. Fungsi- fungsi ini membuat menyimak menjadi hal penting yang harus sedini mungkin diberikan pada anak. Selain itu dalam proses menyimak ada dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan (Sutari dkk, 1972: 22), yaitu 1) adanya pemahaman dan umpan balik dari penyimak terhadap pesan yang disampaikan oleh pembicara dan 2) pemahaman dan umpan balik yang diberikan oleh penyimak terhadap pesan yang disampaikan. Ragam menyimak yang dapat dikembangkan di Taman Kanak- Kanak menurut Bromley (dalam Dhieni, 2007: 4.11) adalah: 1) menyimak informatif, 2) menyimak kritis, dan menyimak 3) menyimak apresiatif.
Menyimak informatif adalah menyimak yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta- fakta, ide- ide, dan hubungan- hubungan. Contoh kegiatan yang dapat diberikan adalah membacakan satu paragraf dari suatu cerita kemudian diberikan pertanyaan sederhana dari apa yang telah dibacakan. Menyimak kritis adalah adalah kegiatan mendengarkan yang tujuannya lebih dari sekedar mengidentifikasi fakta, ide, dan hubungan- hubungan, akan tetapi sampai pada menganalisis apa yang didengar dan membuat generalisasi. Contoh kegiatan yang dapat diberikan adalah membacakan cerita kepada anak kemudian diberikan pertanyaan tentang alasan terjadinya jalan cerita yang telah diberikan (misal: kenapa si A bisa jatuh, dll).
Menyimak apresiatif adalah kemampuan menikmati dan merasakan apa yang didengar. Contoh kegiatan yang dapat diberikan adalah membacakan cerita kepada anak kemudian anak diajak untuk membicarakan tentang perasaan, suasana hati, atau gambaran yang muncul dalam cerita. Dari semua pemaparan di atas terlihat bahwa kegiatan menyimak tidak bisa terlepas dari perhatian untuk mendengarkan orang lain tentang suatu informasi tertentu. Akan tetapi yang sering terjadi adalah perhatian anak terhadap sesuatu tidak dapat berlangsung lama, sehingga bahan informasi dan yang memberi informasi harus bisa menarik perhatian anak, salah satunya adalah dengan metode bercerita.
Hal ini dikarenakan menyimak penjelasan dan nasehat orang lain merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi anak TK. Sebaliknya menyimak cerita atau dongeng adalah aktivitas yang mengasyikkan. Oleh karena itu sangat bijak dan cerdas apabila pemberian pelajaran dan nasehat dilakukan melalui metode bercerita atau dongeng (Musfiroh, 2005:23)
Penulis : Yuni Ismawati, S.Pd, TKIT Muhajirin Genuk Indah Semarang – Jateng.