RadarJateng.com, Pendidikan – Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak dari lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan melalui pemberian rangsangan. Pendidikan supaya bisa untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak bisa memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Anak usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, usia ini disebut sebagai usia emas (golden age).
Perkembangan aspek fisik/motorik, sosial- emosional, bahasa, serta kognitif anak saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lain. Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diselenggarakan guna membantu anak dengan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Taman Kanak[1]Kanak adalah pendidikan anak usia dini yang bertujuan untuk membina tumbuh kembang anak secara menyeluruh sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang meliputi aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan stimulasi fisiik, spiritual, motorik, perkembangan intelektual. sesuaikan pikiran, emosi, serta keterampilan sosial agar anak bisa tumbuh dan berkembang secara maksimal serta menghubungkan pendidikan keluarga dengan pendidikan yang ada di sekolah
Pembelajaran dengan pendekatan objek nyata merupakan konsepsi yang membantu guru menghubungkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi anak untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen penting dalam pembelajaran objek nyata yaitu konstruktivisme, penemuan (penyelidikan). ), bertanya (questioning), komunitas belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian otentik (authentic assessment).
Pembelajaran objek nyata belajar mengajar dapat dikatakan sebagai metode pembelajaran yang mengenali dan menunjukkan kondisi alamiah pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, metode objek nyata ini dapat menjadikan pengalaman yang dialami menjadi lebih relevan dan sangat bermakna bagi anak dalam menghasilkan pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran sepanjang hayat. Pembelajaran benda nyata menyajikan suatu konsep yang menghubungkan materi pelajaran yang dipelajari anak dengan konteks di mana materi itu digunakan, dan berkaitan dengan bagaimana seseorang belajar atau cara/gaya belajar anak. Benda nyata memberikan makna, relevansi, dan manfaat yang utuh bagi pembelajaran.
Materi pelajaran akan lebih bermakna jika anak mempelajari materi yang disajikan melalui konteks kehidupan nyatanya, dan menemukan makna dalam proses belajarnya sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan dan dapat membangkitkan kreativitas anak. Mereka menggunakan pengetahuan dan pemahaman sebelumnya untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru dan kemudian anak menggunakan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuan tersebut dalam berbagai konteks di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang rumit, baik secara mandiri maupun dengan bermacam[1]macam kombinasi dan struktur kelompok. Guilfrod (dalam Munandar, 2009: 271) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan berpikir secara divergen atau berpikir untuk mengeksplorasi berbagai alternatif jawaban atas suatu masalah yang sama benarnya. Sedangkan menurut Chaplin (dalam Rachmawati, 2005:15) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan bentuk-bentuk baru dalam seni, atau dalam memecahkan masalah dengan metode-metode baru. Menggambar sebagai bentuk seni yang diberikan kepada anak usia dini (TK).
Kegiatan menggambar dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak sehingga kemampuan logika dan emosinya tumbuh dan berkembang secara seimbang. Seperti yang dikemukakan oleh Indrati (2005:4) bahwa dengan menggambar anak dapat mengekspresikan ekspresi dan imajinasinya tanpa batas. Dalam proses ini, anak dapat mengembangkan ide, menyalurkan emosinya, menumbuhkan minatnya pada seni dan kreativitas. Visualisasi tindakan kreatif dapat diekspresikan dalam karya seni atau hasil imajinasi anak. Pengalaman atau peristiwa yang dialami anak dirasakan dan diolah dalam bentuk imajinasi sebagai langkah awal dalam tindakan kreatif (belum terwujud). Mengikuti pendapat Rohidi (2000: 120) bahwa dunia seni rupa adalah dunia imajinasi, sudah sepatutnya anak-anak menuangkan imajinasinya dalam bentuk karya seni, yaitu dengan menggambar. Berdasarkan hasil penelitian pada Kelompok B di TK Dukuh 2, Kecamatan Tangen Kabupaten Sragen setelah dilakukan tindakan, kemampuan anak untuk meningkatkan kreativitas dalam menggambar dikategorikan berhasil, anak dapat membuat hubungan antara gambar dengan dunia nyata, anak bisa mengerjakan pekerjaan yang dia atur sendiri, anak bisa bekerja sama dengan teman
Penulis : Yenny Nursita Sari, S.Pd